Inilah  di antara perkataan tokoh-tokoh mereka, yaitu Rabi'ah Al-Adawiyah dan  lain-lainnya. Ia menyerupakan orang yang takut neraka dan mengharap  surga dengan penyembah berhala, dalam perkataannya : "Mereka menyembah  Allah karena takut neraka, karena neraka itulah mereka beribadah dan  bukannya karena Allah. Mereka mengerjakan shalat karena surga. Tidak  begitu, mereka MIRIP dengan kaum yang menyembah berhala." (Tarshi'u  Al-Jawahiri Al-Makkiyah, Abdu Ghani Ar-Rafi'i, hal. 49, penerbit  Mathba'ah Al-Amiriyah, tahun 1301 H)
Al-Aththar  berkata:
Beberapa  wali Allah datang kepada Rabi'ah Al-Adawiyah,  kemudian Rabi'ah  Al-Adawiyah bertanya kepada salah seorang dari mereka,  "Kenapa engkau  menyembah Allah?" 
Orang tersebut menjawab, "Aku menyembah  Allah karena  takut siksa-Nya dan neraka yang diperlihatkan kepada  orang-orang yang  sesat." 
Pertanyaan yang sama diajukan Rabi'ah  Al-Adawiyah kepada orang  yang lain dari mereka, kemudian orang tersebut  menjawab, "Aku menyembah  Allah karena mendambakan surga yang dijanjikan  kepada orang-orang yang  bertakwa." 
Rabi'ah Al-Adawiyah berkata, "Sedang  aku, maka aku  menyembah Allah KARENA TIDAK TAKUT NERAKA-NYA dan TIDAK  MENDAMBAKAN SURGA-NYA.  Aku seperti buruh yang brengsek. Ya, aku  menyembah-Nya karena cinta  dan rindu kepada-Nya." (Tadzkiratu  Al-Auliyai, Fariduddin Al-Aththar,  hal. 42)
Hal yang sama disebutkan di buku Raudhatu At-Ta'rifi. (Raudhatu At-Ta'rifi, Waziruddin bin Al-Khathib, hal. 427)
Al-Jami'   meriwayatkan dari Rabi'ah Al-Adawiyah yang berkata, "Demi kebesaran-Mu   ya Allah, aku tidak menyembah-Mu karena takut neraka-Mu dan tidak  karena  mendamba surga-Mu, namun karena kemuliaan wajah-Mu yang mulia  dan  mencintai-Mu." (Jamharatu Al-Auliai, Al-Manufi Al-Husaini, Jilid 1,  hal.  270)
Rabi'ah Al-Adawiyah mengatakan bahwa yang menyebabkan ia sakit bukan Allah, tapi hatinya.
Diriwayatkan   oleh Al-Qusyairi, Al-Aththar, Al-Kalabadzi, Al-Kamsyakhawani, dan   lainnya, bahwa Rabi'ah Al-Adawiyah menderita sakit, kemudian ditanyakan  kepadanya,  "Apa YANG MENYEBABKANMU sakit?" 
Rabi'ah  Al-Adawiyah menjawab, "Aku  melihat surga dengan hatiku, kemudian aku  diserang oleh hatiku dan ia  (hatiku) menghukumku. Oleh karena itu, aku  bersumpah tidak akan  mengulangi perbuatan tersebut." Ar-Risalatu  Al-Qusyairiyah, Jilid II,  hal. 516. Tadzkiratu Al-Auliai, Al-Aththar,  hal. 34. At-Ta'arrufu li  Madzhabi Ahli At-Tashawwuf, hal. 184. Jami'u  Ushuli Al-Auliyai  Al-Kamsyakhawani, hal. 119. Teks di atas versi  Al-Kamsyakhawani)
Rabi'ah Al-Adawiyah bukan hanya tidak butuh surga dan tidak takut  neraka, bahkan lebih dari itu. Asy-Sya'rani meriwayatkan pelecehan Rabi'ah Al-Adawiyah terhadap surga, kenikmatannya dan Al-Qur'an  al-Karim. Asy-Sya'rani berkata:
Pada suatu hari,  Rabi'ah Al-Adawiyah mendengar seseorang MEMBACA FIRMAN ALLAH Azza wa  Jalla, "Dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih. Dan daging burung  dari apa yang mereka inginkan." (Al-Waqi'ah: 20-21)
Ia (Rabi'ah  Al-Adawiyah) berkata, "Kalau begitu, kita adalah BOCAH-BOCAH KECIL,  karena kita berbahagia dengan buah-buahan dan burung." (Ath-Thabaqatu  Al-Kubra, Asy-Sya'rani, Jilid II, hal. 71)
Orang-orang  sufi tidak  hanya meriwayatkan Rabi'ah Al-Adawiyah saja yang tidak  butuh surga,  yang menghinanya (surga) ketika menyebutkannya, yang tidak  peduli  dengannnya dengan takut dan berharap, serta takut, namun memang  itulah  sikap dan jalan hidup mereka, karena mereka meriwayatkan hal  yang sama  dari tokoh-tokoh mereka  yang lain. (Dirasat fi At-Tasawuf,  Dr. Ihsan  Ilahi Dhahir, Edisi Indonesia Darah Hitam Tasawuf, penerbit  Darul Falah,  Jakarta).
As-Sulami, Al-Hajuwiri, Al-Manufi  Al-Husaii, meriwayatkan bahwa Abu  Yazid Al-Busthami yang disebut  sebagai Al-Junaid al-Baghdadi -seperti  yang mereka riwayatkan-:
"Abu Yazid Al-Bustami di kalangan kami adalah SEPERTI MALAIKAT JIBRIL di kalangan  malaikat." (Kasyfu Al-Mahjubi, Al-Hajuwiri, hal. 313) Ia berkata,  "Surga itu TIDAK PERNAH TERLINTAS di hati orang-orang yang mempunyai  cinta, karena mereka terhalang daripadanya karena cinta mereka."
(Thabaqatu   Ash-Shufiyyah, As-Sulami, hal. 19. Kasyfu Al-Mahjubi, Al-Hajuwiri,  hal.  318. Jamharatu Al-Auliyai, Al-Manufi Al-Husaini, Jilid II, hal.  139.  Juga An-Nur fi Kalimati Abi Thaifur, As-Sahlaji, hal. 169)
Ibnu Al-Arif meriwayatkan dari Abu Yazid Al-Busthami bahwa ia MELECEHKAN PAHALA dan TIDAK PEDULI DENGAN SIKSA.
Abu Yazid Al-Busthami bermunajat kepada Allah Ta'ala (dengan berkata,
"Aku tidak menginginkan-Mu karena pahala
Namun, aku MENGINGINKAN-MU karena siksa."
(Mahasinu   Al-Majalisu, Abu Al-Abbas Ahmad bin Muhammad Ash-Sufi Ash-Shanhaji bin   al-Arif. Juga Syarhu Ash-Shufiyyah, Mahmud Al-Ghurab, hal. 180)
Abu   Yazid Al-Busthami berkata, "Barangsiapa kenal Allah, maka surga  menjadi  pahala dan petaka baginya." (An-Nuru fi Kalimati Abu Thaifur,   As-Sahlaji, hal. 147)
Abu Yazid Al-Busthami berkata, "Aku ingin  Hari Kiamat terjadi AGAR AKU BISA MEMASANG KEMAHKU DI PINTU JAHANNAM."   Seseorang berkata kepada Abu Yazid Al-Busthami, "Kenapa begitu wahai  Abu  Yazid?" Abu Yazid Al-Busthami menjawab, "Karena aku tahu bahwa JIKA  JAHANNAM MELIHATKU, IA PASTI PADAM." (An-Nuru fi Kalimati Abu Thaifur,  As-Sahlaji, hal. 147)
Orang-orang sufi meriwayatkan dari Ibrahim bin Adham bahwa ia MELECEHKAN  KENIKMATAN SURGA  dengan do'anya, " Ya Allah, Engkau tahu bahwa surga  itu tidak  sebanding dengan sayap nyamuk bagiku." (Jamharatu Al-Auliyai,  Abu  Al-Faidh Al-Manufi Al-Husaini, Jilid II, hal. 130)
Orang-orang   sufi meriwayatkan dari Asy-Syibli yang dikatakan oleh Al-Junaid,   "Setiap kaum mempunyai mahkota dan mahkota kaum ini (sufi) adalah   Asy-Syibli." Nafahatu Al-Unsi, Al-Jami, hal. 180)
Di antara  PENGHINAAN  Asy-Syibli terhadap neraka dan apinya, ia berkata dalam  majelis  ilmunya, "Sesungguhnya Allah mempunyai hamba-hamba. Jika mereka  MELUDAH di atas Jahannam, maka Jahannam PASTI PADAM." (Al-Luma',  Ath-Thusi, hal. 491)
Asy-Syibli  berkata, "Jika terlintas di  benakku bahwa neraka danj apinya membakar  sehelai rambutku, maka aku  musyrik." (Ibid, hal. 490)
Di antara bentuk lain PENGHINAAN  Asy-Syibli terhadap ancaman bagi penghuni neraka (dan penghinaan   terhadap ayat Al-Qur'an), dikisahkan bahwa pada suatu ketika ia   mendengar seseorang membaca ayat:
"Allah berfirman, 'Tinggallah kalian dengan hina di dalamnya dan janganlah kalian berbicara dengan Aku." (Al-Mukmininj: 108)
Ia berkata, "Ah, seandainya aku menjadi salah seorang di antara mereka." (Ibid, hal. 490)
An-Nafzi Ar-Randi dan Abu Thalib Al-Makki meriwayatkan dari Abu Hazim Al-Madani yang berkata:
"Aku   malu kepada Tuhanku jika aku menyembah-Nya karena takut siksa. Kalau   begitu, aku seperti orang jahat yang jika tidak takut, maka ia tidak   akan...  beramal. Aku juga malu kepada-Nya jika aku menyembah-Nya karena   mengharap pahala-Nya, karena jika aku menyembah-Nya karena mengharap   pahala-Nya maka dengan cara seperti itu aku seperti buruh yang jahat   yang jika tidak diberi gaji maka ia tidak mau bekerja, namun aku   menyembah-Nya karena cinta kepada-Nya." (Ghautsu Al-Mawahibi   Al-Aliyyati, AN-Nafzi Ar-Randi, Jilid I, hal. 242. Juga Qutu Al-Qulubi,   Abu Thalib Al-Makki, Jilid II, hal. 56).
Muhammad bin Sa'id  Az-Zanji pernah ditanya, siapa sebenarnya yang dinamakan ORANG HINA itu?  Ia menjawab, Yaitu orang yang menyembah Allah karena takut dan  berharap." (Nafahatu Al-Unsi, Al-Jami, hal. 38)
Maka PERHATIKAN INI, wahai para sufi, siapakah orang yang dikatakan HINA oleh kalian itu..!! 
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku  adalah orang yang PALING TAHU di antara kalian tentang Allah, karena  itu aku adalah orang yang PALING TAKUT di antara kalian kepada-Nya."  (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka  terbukti bathil dan dusta perkataan  para penebar kesesatan yang  mengaku telah mengenal Allah dan mengaku  cinta kepada Allah, tapi  mengatakan beribadah kepada Allah tanpa rasa  takut kepada Allah.
Di  antara tokoh Sufi, ada yang bernama Ibnu Arabi, nama lengkapnya Abu  Bakar Muhammad ibn Ali Muhyiddin  Al-Hatimi At-Thai Al-Andalusi, dikenal  dengan Ibnu Arabi (bukan Ibnul  Arabi yang ahli tafsir ).
Ibnu  Arabi dianggap sebagai tokoh tasawuf falsafi, lahir di Murcia  Spanyol,  17 ramadhan 560 H/28 Juli 1165 M, dan mati di Damaskus,  Rabi’ul Tsani  638 H/Oktober 1240 M. Inti ajarannya didasarkan atas teori  wihdatul  wujud (satunya wujud, semua wujud di alam ini adalah –  cerminan –  Allah) yang menghasilkan wihdatul adyan (satunya agama,  tauhid maupun  syirik).
Di antara ajaran Ibnu Arabi adalah:- Hamba adalah Tuhan (tercantum dalam kitab Ibnu Arabi, Fushush Al-Hikam, 92-93).
-  Neraka adalah surga itu sendiri (Fushush Al-Hikam, 93-94).- Perbuatan  hamba adalah perbuatan Allah itu sendiri (Fushush Al-Hikam, 143).
- Fir’aun adalah mu’min dan terbebas dari siksa neraka (Fushush Al-Hikam, 181).
- Wanita adalah Tuhan (Fushush Al-Hikam, 216).
- Fir’aun adalah Tuhan Musa (Fushush Al-Hikam, 209).
- Semua ini adalah Allah, tidak ada nabi/rasul atau malaikat. Allah adalah manusia besar (Fushush Al-Hikam, 48).
- Allah membutuhkan pertolongan makhluk (Fushush Al-Hikam, 58-59).
Oleh   karena sebegitu drastisnya penyimpangan yang ditampilkan Ibnu Arabi,   maka 37 ulama telah mengkafirkannya atau memurtadkannya. Di antara yang   mengkafirkan Ibnu Arabi itu adalah ulama-ulama besar yang dikenal  sampai  kini :
- Ibnu Daqieq Al-‘Ied (w 702 H).
- Ibnu Taimiyah (w 728 H).
- Ibnu Qayyim Al-Jauziah (w 751 H).
- Qadhi ‘Iyadh (w 744 H).
- Al-‘Iraqi (w 826 H).
- Ibnu Hajar Al-Asqalani (w 852 H).
- Al-Jurjani (w 814 H).
- Izzuddin bin Abdis Salam (w 660 H).
- An-Nawawi (w 676 H).
- Adz-Dzahabi (w 748 H).
- Al-Bulqini (w 805 H).
(Lihat Tasawuf Belitan Iblis, Darul Falah, Jakarta, 2001, hlm. 72-73).
Allah Ta'ala yang memerintahkan agar orang-orang yang BERIMAN takut  kepada-Nya, lalu mengapa orang-orang sufi masih BERANI mengatakan TIDAK  TAKUT kepada Allah?
Allah Ta'ala berfirman:
وَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ
"dan hanya kepada-Ku-lah KAMU HARUS TAKUT." (Al-Baqarah: 40)
يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يَشْفَعُونَ إِلا لِمَنِ ارْتَضَى وَهُمْ مِنْ خَشْيَتِهِ مُشْفِقُونَ
"Allah   mengetahui segala sesuatu yang di hadapan mereka (malaikat) dan yang  di  belakang mereka, dan mereka tiada memberi syafaat melainkan kepada   orang yang diridai Allah, dan mereka itu selalu berhati-hati karena   takut kepada-Nya." (Al-Anbiyaa': 28)
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
"Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga." (Ar-Rahman: 46)
Allah Ta'ala yang memerintahkan kepada orang-orang yang BERIMAN, agar  berdo'a dengan RASA TAKUT dan HARAP, lalu mengapa orang-orang sufi TIDAK  MENTAATINYA..?? 
Allah Ta'ala berfirman:
وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
"Dan berdoalah kepada-Nya DENGAN RASA TAKUT dan HARAPAN." (Al-A'raaf: 56)
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam adalah manusia yang PALING  MENGENAL ALLAH dan PALING TAKUT kepada-Nya, lalu mengapa orang-orang  sufi mengatakan TIDAK TAKUT kepada Allah? Siapakah yang engkau jadikan  panutan wahai orang yang dikaruniai akal..?? 
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku  adalah orang yang PALING TAHU di antara kalian tentang Allah, karena  itu aku adalah orang yang PALING TAKUT di antara kalian kepada-Nya."  (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikan itu dan pikirkan DENGAN AKALMU, semoga terbuka hatimu untuk melihat kebenaran wahai saudaraku fillah....
Sumber : Catatan Al Akh Abu Muhammad Herman
http://www.facebook.com/notes/al-fawaid/di-antara-bukti-kesesatan-sufi-tidak-takut-kepada-neraka-tidak-membutuhkan-surga/10150269877105175


janganlah kita sibuk dengan menilai orang, janganlah kita sibuk menyalahkan orang, lebih baik kita sibuk mengoreksi diri kita sendiri, apakah ibadah kita sudah lebih baik daripada Rabi'ah al adawiyah, apakah zuhud kita lebih baik dari Yazid Al bustomi. Se alim apapun kita, jika kita masih sering menyalahkan seseorang pasti di hati kita masih ada penyakit hatinya, masih ada setan yang bersarang dihati kita. untuk itu marilah kita bersihkan hati kita. kita ini ilmunya sedikit, kita ini ilmunya cuma sebatas syari'at. tidak seperti rabi'ah dan Abu Yazid yang ilmunya sudah mencapai maqom haqiqat. ibarat mengupas buah kita cuma mengupas kulitnya, kita belum sampai pada inti buahnya. wallahua'lam. salam perdamaian. selamat membersihkan hati.
ReplyDeleteSebenarnya penulis bukan sedang menyalahkan orang, tapi memberikan pencerahan kepada orang awam yang masih belum mengerti mana ajaran yang sesat dan mana yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW.Agar kita tau jalan yang diridhoi oleh Allah. Bagaimana kita bisa menemukan kebenaran kalau kita tidak bisa membedakan mana yang haq dan mana yang bathil, dan bagaimana kita bisa membersihkan hati kita kalau kita jauh dari Al-Qur'an dan Sunnah.
ReplyDeleteIni bukan kegiatan sibuk menilai orang, tapi salah satu da'wah bagi kaum muslimin agar terhindar dari kesesatan.
Al-Qur'an pun menceritakan kaum2 yang kuffar agar kita tidak mengikuti langkah mereka yang sesat. Terimalah kebenaran itu walaupun rasanya pahit (al hadits).
Wallahu a'lam.