
Bismillah, 
Di  Jakarta, Orang sering menyebut “Keajaiban Dunia” adalah Menara Eiffel  di Perancis, Piramid Giza di Mesir, Taj Mahal di India, Menara Miring  “Pisa” di Italia, Patung Liberty di Amerika, Tembok Besar Tiongkok di  China, atau lainnya.
Tapi, nama “Jabal Magnet” (Bukit Magnet) yang  setiap musim haji selalu dikunjungi jutaan manusia dari berbagai  belahan dunia yang sedang menunaikan haji, agaknya tak pernah masuk  hitungan.
Konon, “Bukit Magnet” yang terletak sekitar 30  kilometer arah utara kota Madinah itu diketahui setelah ada pesawat  terbang yang melintasi kawasan itu, tiba-tiba kecepatan pesawat  berkurang dengan sendirinya. Selain itu, otoritas Saudi Geological  Survey (SGS) pada tahun 1999 sempat dikejutkan dengan adanya aktivitas  swarm (gempa kecil terus-menerus) di Harrah Rahat yang merupakan  pertanda naiknya sejumlah besar magma.
Bahkan, di sekitar  Madinah diketahui ada kegempaan aktif di Harrah Rahat, yang sangat  dimungkinkan terjadinya migrasi magma dan sebagian di antaranya diduga  menyusup ke bawah Jabal Magnet, sehingga muncul “medan magnet” (daya  tarik bumi) di kawasan itu.
“Saat ini, di Jabal Magnet  yang merupakan kawasan padang pasir yang tandus tapi penuh dengan pohon,  semak, dan bukit batu itu sudah banyak tenda yang sering dipakai  masyarakat Madinah untuk berlibur,” kata warga mukimin asal Indonesia,  Suhendi, kepada wartawan ANTARA News yang meliput di Madinah.
Setiap  Kamis sore atau malam Jumat, katanya, suasana di Jabal Magnet terlihat  ramai dengan masyarakat Madinah yang bercengkerama bersama anak-anak,  saudara, dan kawan-kawannya.
“Pemerintah Arab Saudi sudah  membangun fasilitas mainan dan tempat berteduh di kawasan Jabal Magnet  yang merupakan jalan buntu, karena Jabal Magnet memang tidak ada jalan  tembus, sehingga pergi dan pulang pun hanya tinggal memutar di bundaran  Jabal Magnet,” katanya.
Warga Madinah yang ingin melakukan  perkemahan atau sekadar jalan-jalan, katanya, sering juga membawa tenda  sendiri dengan membawa makanan sendiri. “Di masa dahulu, wilayah itu  merupakan tempat uzlah atau menyepi bagi mereka yang ingin menenangkan  diri,” katanya.
Lantas, apa “keajaiban” dari Jabal Magnet  itu sendiri ?! Keajaiban Jabal Magnet itu terasa dari adanya tarikan  “medan magnet” (daya tarik bumi) saat pulang dari kawasan tandus itu,  karena mobil akan melaju kencang dengan sendirinya dalam kecepatan 120  kilometer/jam, meski mesin mobil dimatikan.
Namun,  keajaiban “Tanah Suci” itu hanya berlangsung sekira 2-3 kilometer dari  arah kepulangan dari “Jabal Magnet” yang saat datang ke lokasi itu  justru sebaliknya yakni mengalami dorongan berat untuk tiba di lokasi  itu.
“Geligi mesin harus dikurangi hingga 1-2 geligi saat menuju  ke jabal itu, karena perjalanan ke Jabal Magnet terasa berat,” kata  pengemudi asal Sampang, Madura yang juga mukimin, Sappak Suliy.
Tapi,  jangan berharap dapat sampai ke lokasi itu dengan menanyakan kepada  warga Madinah bila menyebut nama “Jabal Magnet” karena nama dari salah  satu lokasi ziarah/kunjungan/wisata di Madinah itu tidak akrab di  telinga masyarakat Madinah sendiri.
“Saya harus  berputar-putar sekitar tiga jam untuk mengantarkan tim MCH (Media Center  Haji) Daker (Daerah Kerja) Madinah,” kata Sappak Suliy yang  mengemudikan mobil tim MCH Daker Madinah itu setelah berkeliling mencari  lokasi itu (11/11).
Bahkan, Sappak harus bertanya kepada  enam warga Madinah yang ditemui untuk menunjukkan salah satu lokasi  ziarah favorit bagi jemaah haji Indonesia itu, sehingga sembilan  jurnalis yang diantar hampir saja putus asa.
Namun, ketika sempat  berhenti untuk bertanya kepada seseorang di madrasah Jamiyah Islamiyah,  Madinah, akhirnya warga Pakistan yang juga “mukimin” menyebut nama lain.
“Orang  itu menyebut Jabal Magnet itu dengan Mantiqotul Baido (Tanah atau  Perkampungan Putih) dengan menunjukkan arah dari Masjid Qiblatain  berbelok ke kiri, kemudian melaju ke arah Jabal Uhud,” katanya.
Dari  Jabal Uhud, katanya, rombonngan diminta mengambil posisi berbelok ke  kiri ke arah kota Tabuk hingga sampai ke bundaran jalan yang terakhir,  kemudian berbelok kanan hingga beberapa kilometer akan tiba ke jalan  buntu di kawasan bebukitan yang dikenal jemaah haji Indonesia sebagai  “Jabal Magnet” itu.
Di lokasi yang berjarak 30 kilometer  dari kota Madinah itu, pedagang di kawasan itu, Muhammad, mengaku jemaah  haji Indonesia memang banyak yang mengunjungi “Jabal Magnet” selama  musim haji.
“Banyak jemaah haji Indonesia yang datang ke sini sejak pagi hingga siang,” kata pedagang minyak wangi itu.
Jalan  menuju lokasi itu pun tak kalah menariknya, karena ada hamparan  perkebunan kurma di sepanjang perjalanan dan bila tiba di padang pasir  yang tandus akan terlihat sekelompok unta yang berlalu-lalang dari  kejauhan.
Hingga kini, belum diketahui secara jelas  hubungan antara magnet dengan laju kendaraan, karena batu yang  mengandung biji magnet itu diduga berada di bawah permukaan jalan yang  dilewati, bukan di dalam bukit.
Alasannya, bila medan  magnet ada bebukitan tentu semakin mendekati bukit akan semakin kuat  daya tariknya, sehingga kendaraan dapat menempel di bebukitan, namun  medan magnet tampaknya ada dalam radius 3-4 kilometer saja.
Tentu,  keajaiban dunia di utara Madinah itu bukan isapan jempol, karena jutaan  orang dari berbagai belahan dunia sudah membuktikan kebenarannya, namun  Jabal Magnet agaknya perlu penelitian lanjutan. (ant/ya)

Subhanallah satu lagi kebesaran Allah, kali ini terlihat pada gadget map terbesar, Google Map.Daerah  yang berbentuk Asma Allah itu terletak di daerah Jabal al-bayda di  Buawatah, Madinah Utara, dan disini ada mountain magnetics, dimana  terdapat medan magnet yang sangat kuat.
Disini anda dapat  mengendarai mobil tanpa menghidupkan mesin. Untuk bukti silahkan buka  sendiri link dibawah dan akan tampak jelas lekukan gunung membentuk Asma  Allah.
Klik : http://adf.ly/1Txm (tunggu beberapa saat lalu klik “Skip Ad”)
Jabal Magnet di  Madinah
Ada  sebuah wilayah di utara Madinah yang merupakan tempat wisata warga  sekitar, letaknya di balik Gunung Uhud, sekitar 25 kilometer utara pusat  kota Madinah. Jalan raya di sana menuju kuldesak, jalan buntu. Banyak  warga camping di sini. Jangan dibayangkan sama seperti di Indonesia, di  mana tempat perkemahan biasanya merupakan lahan hijau nan penuh rumput  dan pepohonan. Di utara Madinah ini, lahan tempat campingnya adalah  sebuah tanah lapang tandus, padang pasir, dengan pohon dan semak  sesekali dikelilingi oleh bukit batu. Daerah ini berada di luar batas  tanah haram.
Warga Madinah yang ingin melakukan perkemahan  atau sekadar jalan-jalan biasanya membawa tenda sendiri dan  berkendaraan pribadi. Mereka juga membawa makanan sendiri. Persis  tradisi rakyat Indonesia di era tahun 1970-an yang sering melakukan  piknic di pinggir jalan dengan beralaskan tikar dan makan-makan  seadanya, duduk bersama di bawah pohon.
Wilayah ini  termasuk wilayah tersubur di Madinah, selain di Quba. Jalannya  berkelak-kelok, berbeda dengan jalan-jalan raya kebanyakan di sini yang  lurus-lurus. Yang tumbuh ditanahnya juga kurma terbaik di Jazirah Arab,  kurma Nabi atau Kurma Ajwa. Dinamakan demikian karena diyakini pohon  kurma tersebut dahulu langsung ditanam Rasulullah SAW. DI masa dahulu,  wilayah ini merupakan tempat uzlah atau menyepi bagi mereka yang tengah  berselisih pendapat agar bisa mendapat ketenangan.
Namun,  yang membuat wilayah ini terkenal ke seantero jagad bukanlah karena  wilayah yang disebut sebagai perkampungan putih (Mantheqa Baidha) ini  dijadikan tempat wisata, melainkan keajaiban alamnya yang hanya ada di  segelintir tempat di dunia. Banyak orang percaya bahwa di daerah ini  terdapat sebuah medan magnetik yang sangat kuat dan besar.
Fenomena  alam yang luar biasa ini bisa dirasakan sepanjang lima kilometer ruas  jalan dari ujung aspal sampai pintu masuk ke daerah ini. Jalan ini  sendiri berakhir di lima deret bukit yang mengelilingi wilayah tersebut.  Jalannya turun naik. Namun kendaraan yang menuju perbukitan jalannya  hanya bisa pelan, seolah ada yang menahan. Sebaliknya, dari arah  perbukitan, walau jalannya tidak menurun tetapi turun naik, semua  kendaraan akan berjalan dengan cepat bahkan bisa sampai 120km/jam walau  persneling dibebaskan. Bahkan kendaraan dimatikan pun akan tetap melaju  sekencang itu.
Ini tentu bukan isapan jempol. Beberapa  jamaah Indonesia sempat membuktikan cerita itu. Eramuslim sendiri  mencoba untuk mengetes apakah memang ada medan magnet atau sekadar  tipuan mata. Dengan sebuah bus besar, rombongan kami melalui daerah ini.  Sesaat menjelang masuk ke wilayah yang dikatakan ada medan magnetiknya,  guide Kami menyerukan agar handphone yang ada segera dimatikan untuk  menghindari hilangnya data. Semua penumpang mengeluarkan ponselnya dan  mematikan. Kecuali ponsel milik Eramuslim. Kami ingin mengecek benar  tidaknya himbauan guide kami tersebut.
Sesaat kemudian,  guide kami berseru, “Inilah saatnya…”. TIba-tiba bus besar yang kami  tumpangi memposisikan free pada roda gigi busnya…dan bus pun berhenti.  Tak sampai beberapa detik, bus yang tadinya berhenti dan masih di free  roda giginya tiba-tiba bergerak perlahan. Kian lama kian kencang. Hingga  ajaib, kendaraan yang Kami tumpangi melaju dengan kecepatan 90  kilometer per jam sejauh tiga kilometer!

Sang  pemandu perjalanan Kami mencoba menerangkan fenomena unik. Dia  mengatakan bahwa kemungkinan besar bukit-bukit yang ada di sekitar  mengandung magnet yang kuat, sehingga bisa menarik tiap logam ke  arahnya.
Kami pun mengecek ponsel yang tidak Kami matikan.  Ternyata benar. Ponsel Kami tidak bekerja dan bahkan banyak data hilang  di dalamnya. Kami jelas sedih, tapi rasa takjubnya jauh lebih besar.  Subhanallah… Allahu Akbar! Kami telah membuktikannya. Dan bagi siapa  saja yang pergi haji atau umroh dan melalui wilayah ini, segera matikan  ponsel Anda dan bersiap menikmati pengalaman yang tidak terlupakan.  Jangan lupa, matikan ponsel Anda, atau data-data di dalam ponsel akan  banyak yang hilang….
Kian Besar Kian Cepat
Menurut  warga sekitar, kecepatan kendaraan yang bisa ditarik oleh medan magnet  di wilayah ini bisa berbeda-beda. Semakin besar dan berat kendaraan yang  melintas, maka akan semakin cepat magnet menariknya hingga bisa sampai  120 kilometer perjam sejauh lima kilometer! Sudah banyak yang  membuktikan hal tersebut. Ada sejumlah orang yang datang dengan  kendaraan berbeda dan membuktikannya.
Bukit Gravitasi
Tidak  banyak tempat di seluruh dunia yang memiliki medan magnetic seperti di  Madinah ini. Tempat serupa ada di Korea Selatan, Yunani, Australia,  timur Amerika, dan juga di sekitar Gunung Kelud, Jawa Timur. Hanya saja,  kekuatan magnet di daerah-daerah tersebut tidaklah sekuat yang ada di  Madinah.
Siapa pun bisa mengalami hal ini dengan  mengunjungi langsung wilayah tersebut. Namun bagi yang belum bisa  merasakan sendiri, silakan menonton fenomena unik ini dengan mengklik  situs youtube dengan menulis Jabal Magnet atau  ‘Gravity Hills’ atau  ‘Magnetic Hills’ di kolom pencariannya. Yang jelas, keajaiban ini  seharusnya mampu menambah kecintaan kita kepada Allah Ta'ala, yang telah  menciptakan alam semesta seisinya dengan kesempurnaan yang tiada cela  sedikit pun.(m)


 Sumber :  http://www.facebook.com/notes/ahmad-fajar-qomarudin/jabal-magnet-di-madinah/468640352697

No comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.