Oleh : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani
“Sesungguhnya salah seorang kamu akan didatangi syetan, lalu bertanya : “Siapakah yang menciptakan kamu?” Lalu dia mejawab : “Allah”. Syetan berkata : “Kemudian siapa yang menciptakan Allah?”. Jika salah seorang kamu menemukan demikian, maka hendaklah dia membaca “amantu billahi wa rasulih” (aku beriman kepada Allah dan RasulNya), maka (godaan) yang demikian itu akan segera hilang darinya”
Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad (6/258): “Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Ismail dia berkata : “Telah bercerita kepadaku Adh-Dhahak, dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah, bahwa sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : (kemudian dia menyebutkan hadits itu).
Saya menilai : Hadits ini sanadnya hasan, sesuai dengan syarat Muslim. Semua perawi hadits ini adalah para perawi Muslim yang beliau jadikan pegangan dalam Shahih-nya. Tetapi Adh-Dhahak adalah Ibnu Utsman Al-Asadi Al-Huzami, dimana sebagian imam masih memperbincangkan mengenai hafalannya. Namun insya Allah hal itu tidak menurunkan haditsnya dari tingkat hasan. Bahkan Sufyan Ats-Tsauri dan Laits bin Salim, menurut Ibnus Sunni (201) sungguh telah mengikuti periwayatannya. Jadi hadits ini dapat dinilai shahih. Sementara itu Al-Mundziri dalam At-Targhib (2/266) menjelaskan.
“Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad yang bagus,  kemudian Abu Ya’la dan Al-Bazzar. Lalu Ath-Thabrani juga meriwayatkannya  dalam Al-Kabir dan Al-Usath dari hadits Abdullah bin Amer. Bahkan Imam  Ahmad juga meriwayatkannya dari hadits Khuzaimah bin Tsabit Radhiyallahu  ‘anhu”
Jadi adanya beberapa syahid (hadits pendukung) ini dengan sendirinya  menaikkan tingkat hadits tersebut kepada derajat yang sangat shahih.
Hadits Ibnu Khuzaimah menurut Imam Ahmad (5/214) para perawinya adalah  tsiqah, kecuali jika di antara mereka ada Ibnu Luhai’ah, sebab ia buruk  hafalannya.
Mengenai hadits Ibnu Amer ini, Al-Haitsami (341) berkomentar : Para  perawinya adalah perawi-perawi shahih, kecuali Ahmad bin Nafi’  Ath-Thihan, guru Ath-Thabrani”.
Demikian dia menandaskan namun tidak menyebutkan sedikitpun mengenai  keadaan Ahmad bin Nafi Ath-Thihan tersebut, begitu tidak simpatiknya  Al-Haitsami kepadanya. Demikian pula saya, sama sekali tidak mengenalnya  kecuali bahwa dia orang Mesir, sebagaimana disebutkan dalam Mu’jam  Ath-Thabrani Ash-Shaghir (hal. 10)
Kemudian sesungguhnya hadits itu juga diriwayatkan oleh Hisyam bin Urwah  yang didapat dari bapaknya dari Abu Hurairah secara marfu’ sebagaimana  adanya (tidak ada perubahan apapun).
Hadits ini dikeluarkan pula oleh Imam Muslim (1/84) dan Ahmad (2/331)  dari berbagai jalan dari Hisyam, tanpa kalimat, “sesungguhnya godaan itu  akan hilang daripadanya”.
Selanjutnya hadits ini juga dikeluarkan oleh Abu Dawud (4121) yang  kalimatnya sampai pada sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Saya  iman kepada Allah”. Dan ini merupakan riwayat Muslim.
“Syetan akan datang pada salah seorang kamu, lalu berkata : “Siapakah  yang menciptakan demikian ? Siapakah yang menciptakan demikian? Siapakah  yang menciptakan demikian?” Sehingga dia bertanya : “Siapakah yang  menciptakan Tuhanmu?” Apabila ia sampai demikian, maka hendaknya memohon  perlindungan kepada Allah dan menghentikannya”
Hadits ini dikeluarkan oleh Al-Bukhari (2/321), Imam Muslim dan Ibnu  Sunni.
Hadits ini juga mempunyai jalur lain yang besumber dari Abu Hurairah  dengan lafazh.
“Hampir orang-orang saling bertanya di antara mereka sehingga seorang di  antara mereka berkata : “Ini Allah, menciptakan makhluk, lalu siapakah  yang menciptakan demikian, maka katakanlah : “Allah Maha Esa. Allah  adalah Tuhan yang bergantung segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada  pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”.  Kemudian hendaklah salah seorang kamu mengusir (isyarat meludah) ke kiri  tiga kali dan memohon perlindungan dari syetan.
Hadits ini dikeluarkan oleh Abu Dawud (4732) dan Ibnu Sunni (621) dari  Muhammad bin Ishaq, dia berkata : “Telah bercerita kepadaku Utbah bin  Muslim, seorang budak yang dimerdekakan Bani Tamim, dari Abu Salamah bin  Abdurrahman dari Abu Hurairah yang menuturkan : “Aku mendengar  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (kemudian ia  menuturkan hadits itu)”.
Saya menilai : Hadits ini shahih sanadnya. Para perawinya tsiqah. Bahkan  Ibnu Ishaq juga menjelaskan berita itu. Hingga dengan demikian amanlah  hadits ini dari cela.
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Umar bin Abi Salamah yang mendengar  dari bapaknya, sampai perkataan : “Siapakah yang menciptakan Allah Azza  wa Jalla?” Umar bin Salamah melanjutkan : “Abu Hurairah menceritakan :  “Demi Allah, sesungguhnya, pada suatu hari aku duduk, tiba-tiba  seseorang dari penduduk Iraq berkata kepadaku “ Ini Allah, pencipta  kita. Lalu siapakah yang menciptakan Allah Azza wa Jalla?” Abu Hurairah  melanjutkan ceritanya : “Kemudian aku tutupkan jariku pada telingaku  lalu aku menjerit seraya berkata : “Maha benar Allah dan RasulNya”.
“Allah Esa, tempat meminta. Tidak beranak dan tidak diperanakkan dan  tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia”
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad (2/387). Para perawinya tsiqah  kecuali Umar. Ia adalah lemah (dha’if).
Menurut Imam Ahmad (Juz II, hal. 539) hadits ini juga mempunyai jalur  lain dari Ja’far dia memberitakan : “Telah bercerita kepadaku Yazid bin  Al-Asham, dari Abu Hurairah secara marfu’, seperti hadits sebelumnya.  Yazid mengisahkan : “Telah bercerita kepadaku Najmah bin Shabigh  As-Salami, bahwa dia melihat para penunggang datang kepada Abu Hurairah.  Kemudian mereka bertanya kepadanya mengenai hal itu. Lalu Abu Hurairah  berkata : “Allahu Akbar” (Allah Maha Besar). Tidaklah kekasihku  bercerita kepadaku tentang sesuatu melainkan aku telah melihatnya dan  aku menunggunya. “Ja’far berkata : “Telah sampai kepadaku bahwa Nabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Manakala orang-orang bertanya kepadamu tentang hal ini, maka katakanlah  : “Allah adalah sebelum tiap-tiap sesuatu. Allah menciptakan tiap-tiap  sesuatu dan Allah ada setelah tiap-tiap sesuatu”
Sanad marfu’nya adalah shahih adapun yang disampaikan oleh Ja’far alias  Ibnu Burqan adalah mu’dhal (hadits yang perawi-perawinya banyak yang  gugur), dan apa yang ada di antara shahih dan mu’dhal adalah mauquf.  Tetapi Najmah disini tidak saya kenal. Demikian pula dalam Al-Musnad,  Najmah ditulis dengan “mim” (Majmah) sedangkan dalam Al-Jarh wat Ta’dil  (4/1/509), tertulis Najbah dengan “ba”. Selanjutnya Imam Ahmad  menjelaskan.
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dimana Yazid Ibnul Asham juga  meriwayatkan darinya, dan mengatakan : “Saya mendengar bapakku berkata  demikian dan tidak menambahkan!” Juga Al-Hafidzh dalam At-Ta’jil, tidak  menambahkannya dan itu sesuai dengan syarat yang dibuatnya.
HUKUM-HUKUM YANG TERKANDUNG DALAM HADITS
Hadits-hadits shahih ini menunjukkan bahwa sesungguhnya bagi orang yang  digoda oleh syetan dengan bisikannya, “Siapakah yang menciptakan  Allah?”, dia harus menghindari perdebatan dalam menjawabnya, dengan  mengatakan apa yang telah ada dalam hadits-hadits tersebut.
Lebih amannya ialah dia mengatakan :
“Saya beriman kepada Allah dan RasulNya. Allah Esa, Allah tempat  meminta. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun  yang setara dengan Dia”. Kemudian hendaklah dia berisyarat meludah ke  kiri tiga kali dan memohon perlindungan kepada Allah dari godaan syetan,  serta menepis keragu-raguan itu”.
Saya berpendapat : Orang yang melakukan demikian semata-mata karena taat  kepada Allah dan RasulNya serta ikhlas. Maka keraguan dan godaan itu  akan hilang darinya dan menauhlah setannya, mengingat sabda Nabi  Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya godaan itu akan hilang  darinya”.
Pelajaran dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini jelas lebih  bermanfaat dan lebih dapat mengusir keraguan daripada terlibat dalam  perdebatan logika yang sengit diseputar persoalan ini. Sesungguhnya  perdebatan dalam soal ini amatlah sedikit gunanya atau boleh jadi tidak  ada gunanya sama sekali. Tetapi sayang, kebanyakan orang tidak  menghiraukan pelajaran yang amat bagus ini. Oleh karena itu ingatlah  wahai kaum muslimin dan kenalilah sunnah Nabimu serta amalkanlah.  Sesungguhnya dalam sunnah itu terdapat obat dan kemulianmu.
[Disalain dari buku Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah wa Syaiun Min  Fiqhiha wa Fawaaidiha, edisi Indonesia Silsilah Hadits Shahih dan  Sekelumit Kandungan Hukumnya oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani,  terbitan Pustaka Mantiq, hal 368-372 penerjemah Drs.HM.Qodirun Nur]



































Comments (0)
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.