Pertanyaan :
Assalamu alaikum. Afwan Ustadz. Ana mau tanya.
Tetangga ana saat ini ada yg terkena musibah kecelakaan motor, dan mengalami patah tulang. Pilihannya ada 2 : operasi & tukang pijat tulang. Utk operasi biayanya sangat mahal & dlm bbrp kasus di sini ternyata juga hasilnya kurang baik & ber-efek samping.
Utk tukang pijat tulang di sini ada 2 macam. Pertama, benar2 dipijat. Dan mnrt org yg pernah dipijat di sana, rasanya benar2 sakit. Sedangkan yg kedua, dlm praktek nya sang pemijat hanya membaluri tempat yg sakit/patah tulang dng air atau minyak. Dan si pasien tdk merasakan kesakitan apapun (ada tetangga saya yg lain yg pernah dipijat dng metode ini & alhamdulillah sembuh, walaupun tdk sembuh total spt sblm kecelakaan).
Dlm praktek yg terakhir ini tdk ada amalan apapun bagi si pasien. Nah, tetangga saya yg baru kecelakaan ini mau berobat dng metode terakhir ini. Dan saya ditanyakan ttg "kehalalannya", khususnya dari sisi aqidah. Mohon bantuan antum, Ustadz. Jazakumullah khairan.
Assalamu alaikum. Afwan Ustadz. Ana mau tanya.
Tetangga ana saat ini ada yg terkena musibah kecelakaan motor, dan mengalami patah tulang. Pilihannya ada 2 : operasi & tukang pijat tulang. Utk operasi biayanya sangat mahal & dlm bbrp kasus di sini ternyata juga hasilnya kurang baik & ber-efek samping.
Utk tukang pijat tulang di sini ada 2 macam. Pertama, benar2 dipijat. Dan mnrt org yg pernah dipijat di sana, rasanya benar2 sakit. Sedangkan yg kedua, dlm praktek nya sang pemijat hanya membaluri tempat yg sakit/patah tulang dng air atau minyak. Dan si pasien tdk merasakan kesakitan apapun (ada tetangga saya yg lain yg pernah dipijat dng metode ini & alhamdulillah sembuh, walaupun tdk sembuh total spt sblm kecelakaan).
Dlm praktek yg terakhir ini tdk ada amalan apapun bagi si pasien. Nah, tetangga saya yg baru kecelakaan ini mau berobat dng metode terakhir ini. Dan saya ditanyakan ttg "kehalalannya", khususnya dari sisi aqidah. Mohon bantuan antum, Ustadz. Jazakumullah khairan.
Jawaban :
بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين و صلى الله و سلم و بارك على نبينا محمد و آله و صبحه, أما بعد:
Jika dalam praktek yang terakhir terdapat ;
Pembacaan mantra-mantra atau jampi-jampi yang tidak jelas dibaca baik dari artinya ataupun ucapan yang dibaca atau bacaan tidak dari bacaan Al Quran As Sunnah, maka ini perbuatan bid’ah dan setiap perbuatan bidah sesat.
Atau tidak mau menjelaskan apa yang dibaca karena takut ketahuan, maka hal ini ditakutkan ini termasuk perbuatan bid’ah.
Permintaan kepada jin-jin atau kadang disebut dengan khadam, maka ini termasuk perbuatan syirik karena meminta sesuatu yang tidak boleh diminta kecuali kepada Allah Ta’ala, yaitu berupa kesembuhan dari penyakit.
Karena Allah-lah satu-satunya yang menyembuhkan penyakit, mari perhatikan firman Allah yang menceritakan perkataan Ibrahim ‘alaihissalam kepada kaumnya:
{قَالَ أَفَرَأَيْتُمْ مَا كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ (75) أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمُ الْأَقْدَمُونَ (76) فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِي إِلَّا رَبَّ الْعَالَمِينَ (77) الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (78) وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (79) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (80) وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ (81) وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ (82) رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (83)} [الشعراء: 75-83]
“Ibrahim berkata: "Maka apakah kamu telah memperhatikan apa yang selalu kamu sembah”. “Kamu dan nenek moyang kamu yang dahulu?”. “Karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam”. “(yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah yang menunjuki aku”. “Dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku”. “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku”. “Dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali)”. “Dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat". ”(Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh”. QS. Asyu’ara: 75-83.
Karena definisi kesyirikan adalah menyamakan selain Allah dengan Allah Ta’ala di dalam perkara yang khusus milik Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman menceritakan tentang orang-orang musyrik yang masuk ke dalam neraka:
{تَاللَّهِ إِنْ كُنَّا لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (97) إِذْ نُسَوِّيكُمْ بِرَبِّ الْعَالَمِينَ (98)} [الشعراء: 97 - 99]
“Demi Allah: sungguh kita dahulu (di dunia) dalam kesesatan yang nyata”. “Karena kita mempersamakan kamu dengan Tuhan semesta alam". “Dan tiadalah yang menyesatkan kami kecuali orang-orang yang berdosa”.
Dan perlu diingat…!
Bahwa kesembuhan yang dirasakan bukan sebagai standar bahwa pengobatan tersebut dibolehkan atau tidak, tetapi dibolehkan sebuah pengobatan jika tidak bertentangan dengan aqidah atau sunnah.
Dan satu lagi, menurut akal yang sehat dan kebiasaan penelitian ilmiyyah atau medis yang teruji, bahwa hal tersebut adalah merupakan obat dari penyakitnya, karena tidak lah Allah Ta’ala menurunkan penyakit kecuali ada obatnya.
عَنْ جَابِرٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ « لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ »
“Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda: “Setiap penyakit ada obatnya, maka jika obat kena pada penyakitnya, niscaya sembuh dengan izin Allah Azza wa Jalla”. HR. Muslim.
Setelah ini semua, saya menyarankan untuk melakukan pengobatan yang tidak bertentangan dengan syariat dan sudah terbukti secara medis.
Wallahu a’lam.
Ditulis oleh ; Ahmad Zainuddin
Ahad, 16 Al Muharram 1433H, Dammam KSA
Sumber : http://www.dakwahsunnah.com/2011/12/tukang-pijat-luar-biasatanpa-pijat.html
Comments (0)
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.