Bismillah,
Kalau kita googling di internet dan mencari artikel tentang kisah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan pengemis buta, maka masya Allah, banyak sekali website/blog yang menukil artikel ini.
Cobalah kita ketikkan di Google kalimat ‘kisah pengemis buta Yahudi dan Rasulullah’, maka akan BANYAK muncul tulisan yang dimaksud. Dalam cerita itu, ditunjukkan betapa mulianya akhlak Rasulullah kepada seorang pengemis buta Yahudi, yang senantiasa mencela dan mengejeknya.
dan CELAKA nya, tidak satupun website/blog yang kita jumpai tersebut mencantumkan sumber rujukan ilmiyah dari artikel tsb, itu kisah perawinya siapa? berasal dari kitab mana? oleh siapa? dst..dst
Bukankah akhlak Nabi memang bagus ?
Betul sekali. Akan tetapi, bagusnya akhlak Nabi itu, tidak menjadi hujjah bahwa kisah yang sudah terlanjur terkenal itu adalah sah datangnya dari sisi Rasulullah.
Apa sebabnya? Sebabnya, tak lain tak bukan, karena kisah ini TIDAK ADA yang menukil siapa periwayatnya. Tercantum dalam kitab hadist mana, siapa perawinya, dan yang paling penting, siapa yang menshahihkannya!
Mengapa ini penting?
Ya, ini sangat penting. Karena apa? karena ada hadits yang shahih datangnya dari Nabi, yang mengancam siapa saja yang berdusta atas nama beliau, maka diperintahkan kepadanya, untuk mengambil tempat duduknya di neraka. Wal iyadzubillah.
Dari Abdullah bin az-Zubair radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
“Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.” “Barangsiapa yang berdusta atas namaku maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari, lihat al-Jam’u Baina ash-Shahihain, hal. 8 )
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَكْذِبُوْا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ يَكْذِبُ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ.
"Dari ‘Ali, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Janganlah kamu berdusta atas (nama)ku, karena se-sungguhnya barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka pasti ia masuk Neraka.’” [HSR. Ahmad (I/83), al-Bukhari (no. 106), Muslim (I/9) dan at-Tirmidzi (no. 2660)]
عَنْ الْمُغِيْرَةِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ كَذِباً عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
"Dari Mughirah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Se-sungguhnya berdusta atas (nama)ku tidaklah sama seperti berdusta atas nama orang lain. Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendak-lah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.” [ HSR. Al-Bukhari (no. 1291) dan Muslim (I/10), diri-wayatkan pula semakna dengan hadits ini oleh Abu Ya’la (I/414 no. 962), cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah dari Sa’id bin Zaid
Lho, kok dituduh berdusta atas nama Nabi?
Kalau yang diceritakan atau dikisahkan itu, tidak ada sumbernya dari sisi Nabi, apakah tidak disebut berdusta namanya?
Hal ini dapat kita tinjau dari dua sisi :
1. Dari sisi kisah pengemis buta Yahudi itu misalnya, patutkah sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq, yang berkata benar, melakukan kebohongan di depan pengemis tersebut, sementara beliau digelari Ash Shiddiq, yakni orang yang berkata benar?
Ketika Abubakar radhiallahu 'anhu mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, “siapakah kamu ?”. Abubakar radhiallahu 'anhu menjawab, “aku orang yang biasa”. “Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, jawab si pengemis buta itu.
Patutkah tuduhan yang demikian, dialamatkan orang yang terbaik dimuka bumi, setelah para anbiya dan mursalin?
Maka itu, sungguh, kisah tersebut, meski di satu sisi nampak baik (dengan menceritakan akhlak Nabi), namun terselip didalamnya kalimat tuduhan yang dalam kepada sahabat Abu Bakar. Kisah yang diceritakan dari satu blog ke blog lainnya, dari satu milis ke milis lainnya, akan tetapi, tidak pernah disebutkan siapa perowi haditsnya, dan (yang paling penting) sah atau tidaknya kisah ini!
2. Dari sisi periwayatan, Jika perbuatan tersebut dilakukan setiap hari oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam DI PASAR, maka seperti kita ketahui, pasar adalah tempat umum, dan tempat berkumpulnya orang banyak.
Apakah mungkin perbuatan Nabi yang dilakukan setiap hari dan ditempat umum dan dikatakan terus dilakukannya sampai akhir hayatnya ini tidak disaksikan oleh banyak shahabatnya?
Jika iya, disaksikan oleh orang banyak dan para shahabat Nabi, maka SEHARUSNYA kisah ini derajatnya adalah mutawattir dan SHAHIH bukan?
Lalu kenapa para shahabat kok tidak ada yang meriwayatkan kisah ini?
Dan jika kisah ini mutawatir, kita ber husnuzhon, seharusnya kisah ini ada dalam shahih Bukhari dan Muslim.
Tapi ternyata tidak ada di kitab tsb.
Dan ternyata juga tidak dijumpai di kitab2 kutub as sit'ah (Bukhari, Muslim, Abu Daud, AT Tirmidzi Ibnu Majah, An Nasaa-i) atau diAl Mustadrak Imam Al Hakim atau kitab2 musnad dan musanaf.
ITU ARTINYA APA?
Ini kisah gak jelas asal usulnya, kisah abal2, yang didustakan atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wa salam.
Maka…hendaknya siapa saja yang tahu sah/tidaknya akan kisah ini, sebaiknya mencantumkannya diambil dari mana dan sah/tidaknya kisah tersebut. Jika tidak, maka takutlah kepada sabda Nabi, sebagaimana telah tercantum diatas
Bagi yang tahu sumber cerita Rasullullah ini secara Shahih, mohon diberi tahu kepada saya, agar kita tidak terjebak dalam dusta dan neraka.
Wallahu a’lam
======================
Berikut kisahnya yang masyhur di internet tersebut:
Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.
“Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah saw mendatanginya dengan membawakan makanan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Muhammad—orang yang selalu ia caci maki dan sumpah serapahi.
Rasulullah saw melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah saw praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abubakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah, yang tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah. Ia bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”
Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”
“Apakah Itu?” tanya Abubakar penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.
“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” kata Aisyah.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”
Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”
“Bukan! Engkau bukan ora ng yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu dengan ketus.
“Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku.”
Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”
Seketika itu juga kaget pengemis itu. Ia pun menangis mendengar penjelasan Abubakar, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. “
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar saat itu juga dan sejak hari itu menjadi Muslim.
======================
Referensi :
http://rezalisni.wordpress.com/2010/09/27/hoaxbohong-kisah-pengemis-buta-yahudi-dan-rasulullah/
http://202.75.56.150/index.php?name=Forums&file=viewtopic&p=5393
Kalau kita googling di internet dan mencari artikel tentang kisah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan pengemis buta, maka masya Allah, banyak sekali website/blog yang menukil artikel ini.
Cobalah kita ketikkan di Google kalimat ‘kisah pengemis buta Yahudi dan Rasulullah’, maka akan BANYAK muncul tulisan yang dimaksud. Dalam cerita itu, ditunjukkan betapa mulianya akhlak Rasulullah kepada seorang pengemis buta Yahudi, yang senantiasa mencela dan mengejeknya.
dan CELAKA nya, tidak satupun website/blog yang kita jumpai tersebut mencantumkan sumber rujukan ilmiyah dari artikel tsb, itu kisah perawinya siapa? berasal dari kitab mana? oleh siapa? dst..dst
Bukankah akhlak Nabi memang bagus ?
Betul sekali. Akan tetapi, bagusnya akhlak Nabi itu, tidak menjadi hujjah bahwa kisah yang sudah terlanjur terkenal itu adalah sah datangnya dari sisi Rasulullah.
Apa sebabnya? Sebabnya, tak lain tak bukan, karena kisah ini TIDAK ADA yang menukil siapa periwayatnya. Tercantum dalam kitab hadist mana, siapa perawinya, dan yang paling penting, siapa yang menshahihkannya!
Mengapa ini penting?
Ya, ini sangat penting. Karena apa? karena ada hadits yang shahih datangnya dari Nabi, yang mengancam siapa saja yang berdusta atas nama beliau, maka diperintahkan kepadanya, untuk mengambil tempat duduknya di neraka. Wal iyadzubillah.
Dari Abdullah bin az-Zubair radhiyallahu’anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
“Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.” “Barangsiapa yang berdusta atas namaku maka hendaknya dia mengambil tempat duduknya di neraka.” (HR. Bukhari, lihat al-Jam’u Baina ash-Shahihain, hal. 8 )
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَكْذِبُوْا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ يَكْذِبُ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ.
"Dari ‘Ali, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Janganlah kamu berdusta atas (nama)ku, karena se-sungguhnya barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka pasti ia masuk Neraka.’” [HSR. Ahmad (I/83), al-Bukhari (no. 106), Muslim (I/9) dan at-Tirmidzi (no. 2660)]
عَنْ الْمُغِيْرَةِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ كَذِباً عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
"Dari Mughirah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Se-sungguhnya berdusta atas (nama)ku tidaklah sama seperti berdusta atas nama orang lain. Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendak-lah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.” [ HSR. Al-Bukhari (no. 1291) dan Muslim (I/10), diri-wayatkan pula semakna dengan hadits ini oleh Abu Ya’la (I/414 no. 962), cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah dari Sa’id bin Zaid
Lho, kok dituduh berdusta atas nama Nabi?
Kalau yang diceritakan atau dikisahkan itu, tidak ada sumbernya dari sisi Nabi, apakah tidak disebut berdusta namanya?
Hal ini dapat kita tinjau dari dua sisi :
1. Dari sisi kisah pengemis buta Yahudi itu misalnya, patutkah sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq, yang berkata benar, melakukan kebohongan di depan pengemis tersebut, sementara beliau digelari Ash Shiddiq, yakni orang yang berkata benar?
Ketika Abubakar radhiallahu 'anhu mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, “siapakah kamu ?”. Abubakar radhiallahu 'anhu menjawab, “aku orang yang biasa”. “Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku”, jawab si pengemis buta itu.
Patutkah tuduhan yang demikian, dialamatkan orang yang terbaik dimuka bumi, setelah para anbiya dan mursalin?
Maka itu, sungguh, kisah tersebut, meski di satu sisi nampak baik (dengan menceritakan akhlak Nabi), namun terselip didalamnya kalimat tuduhan yang dalam kepada sahabat Abu Bakar. Kisah yang diceritakan dari satu blog ke blog lainnya, dari satu milis ke milis lainnya, akan tetapi, tidak pernah disebutkan siapa perowi haditsnya, dan (yang paling penting) sah atau tidaknya kisah ini!
2. Dari sisi periwayatan, Jika perbuatan tersebut dilakukan setiap hari oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam DI PASAR, maka seperti kita ketahui, pasar adalah tempat umum, dan tempat berkumpulnya orang banyak.
Apakah mungkin perbuatan Nabi yang dilakukan setiap hari dan ditempat umum dan dikatakan terus dilakukannya sampai akhir hayatnya ini tidak disaksikan oleh banyak shahabatnya?
Jika iya, disaksikan oleh orang banyak dan para shahabat Nabi, maka SEHARUSNYA kisah ini derajatnya adalah mutawattir dan SHAHIH bukan?
Lalu kenapa para shahabat kok tidak ada yang meriwayatkan kisah ini?
Dan jika kisah ini mutawatir, kita ber husnuzhon, seharusnya kisah ini ada dalam shahih Bukhari dan Muslim.
Tapi ternyata tidak ada di kitab tsb.
Dan ternyata juga tidak dijumpai di kitab2 kutub as sit'ah (Bukhari, Muslim, Abu Daud, AT Tirmidzi Ibnu Majah, An Nasaa-i) atau diAl Mustadrak Imam Al Hakim atau kitab2 musnad dan musanaf.
ITU ARTINYA APA?
Ini kisah gak jelas asal usulnya, kisah abal2, yang didustakan atas nama Nabi shallallahu 'alaihi wa salam.
Maka…hendaknya siapa saja yang tahu sah/tidaknya akan kisah ini, sebaiknya mencantumkannya diambil dari mana dan sah/tidaknya kisah tersebut. Jika tidak, maka takutlah kepada sabda Nabi, sebagaimana telah tercantum diatas
Bagi yang tahu sumber cerita Rasullullah ini secara Shahih, mohon diberi tahu kepada saya, agar kita tidak terjebak dalam dusta dan neraka.
Wallahu a’lam
======================
Berikut kisahnya yang masyhur di internet tersebut:
Di sudut pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, “Jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.
“Namun, setiap pagi Muhammad Rasulullah saw mendatanginya dengan membawakan makanan. Tanpa berucap sepatah kata pun, Rasulullah menyuapkan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu, sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu adalah Rasulullah Muhammad—orang yang selalu ia caci maki dan sumpah serapahi.
Rasulullah saw melakukan hal ini setiap hari sampai beliau wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah saw praktis tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abubakar berkunjung ke rumah anaknya Aisyah, yang tidak lain tidak bukan merupakan istri Rasulullah. Ia bertanya kepada anaknya itu, “Anakku, adakah kebiasaan Rasulullah yang belum aku kerjakan?”
Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.”
“Apakah Itu?” tanya Abubakar penasaran. Ia kaget juga karena merasa sudah mengetahui bagaimana kebiasaan Rasulullah semasa hidupnya.
“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang ada di sana,” kata Aisyah.
Keesokan harinya Abubakar RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu. Abubakar mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya. Ketika Abubakar mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil menghardik, “Siapakah kamu ?”
Abubakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”
“Bukan! Engkau bukan ora ng yang biasa mendatangiku,” bantah si pengemis buta itu dengan ketus.
“Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut setelah itu ia berikan padaku.”
Abubakar tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya. Orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah saw.”
Seketika itu juga kaget pengemis itu. Ia pun menangis mendengar penjelasan Abubakar, dan kemudian berkata, “Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun. Ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia…. “
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar saat itu juga dan sejak hari itu menjadi Muslim.
======================
Referensi :
http://rezalisni.wordpress.com/2010/09/27/hoaxbohong-kisah-pengemis-buta-yahudi-dan-rasulullah/
http://202.75.56.150/index.php?name=Forums&file=viewtopic&p=5393
Comments (0)
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.