Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu anhu, bahwa ia melihat seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang itu berkata, "Wahai Sa'id, apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat?", lalu Sa'id menjawab :"Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyalahi sunnah"

[SHAHIH. HR Baihaqi dalam "As Sunan Al Kubra" II/466, Khatib Al Baghdadi dalam "Al Faqih wal mutafaqqih" I/147, Ad Darimi I/116].



SIAPAKAH YANG DISEBUT WALI ALLAH ??

Share/Bookmark
Posted By Abu Ayaz

Kategori :

Sudah di lihat :



Bismillah.

Asy Syaikh Muhammad At Tamimi rohimahullohu berkata :
Penjelasan Alloh subhanahu tentang wali-wali Alloh dan perbedaan antara mereka dengan orang-orang yang menyerupai mereka dari musuh-musuh Alloh yaitu dari kalangan orang-orang munafiq dan orang-orang yang jahat. Dan cukuplah (penjelasannya) pada ayat ini dari surah Ali Imron :

قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ

katakanlah jika kalin benar-benar mencintai Alloh maka ikutilah aku niscaya Alloh akan mencintai kalian “.(QS. Ali Imron : 31).

Dan pada ayat dari surah Al Maidah :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَن يَرْتَدَّ مِنكُمْ عَن دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ

“Wahai orang-orang yang beriman barangsiapa diantara kalian yang murtad maka kelak Alloh akan mengganti dengan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNya “.(QS. Al Maidah : 54).

Dan pada ayat dari surah Yunus :

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Alloh tidak ada rasa takut atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, (Yaitu mereka) adalah orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa “.(QS. Yunus : 62-63).

Kemudian terjadilah pada perkara ini (wali-wali Alloh) menurut mayoritas orang-orang yang mengaku memiliki ilmu dari kalangan tokoh masyarakat dan orang-orang yang dianggap ulama (baca : kyai atau ajengan) bahwa yang dikatakan wali Alloh adalah adanya keharusan pada mereka meninggalkan ittiba’ (meneladani) Rosul shollallohu ‘alaihi wa salam dan (mereka menganggap) arangsiapa yang mengikuti Rosul maka bukanlah termasuk mereka (wali Alloh) dan adanya suatu keharusan pula bahwa (wali Alloh) adalah orang yang meninggalkan jihad, maka barangsiapa yang berjihad bukanlah termasuk mereka dan juga adanya suatu keharusan (wali Alloh) adalah orang yang meninggalkan keimanan dan ketaqwaan , maka barangsiapa masih mengikatkan keimanan dan ketaqwaan maka bukanlah dari mereka.

Wahai Robb kami , kami meminta kepadaMu kemaafan dan keselamatan, sesungguhnya engkau Dzat Yang Maha Mendengarkan do’a.

Penjelasan :
Wali-wali Alloh Ta’ala mereka adalah orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Alloh Ta’ala dan istiqomah diatas agamaNya. Mereka adalah orang-orang yang telah Alloh Ta’ala sifati dengan perkataanNya :

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿٦٢﴾ الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

“Ketahuilah sesungguhnya wali-wali Alloh tidak ada rasa takut atas mereka dan tidak pula mereka bersedih hati, (Yaitu mereka) adalah orang-orang yang beriman dan mereka senantiasa bertaqwa “.(QS. Yunus : 62-63).

Maka bukanlah setiap orang yang mengaku memiliki wilayah kewalian dikatakan wali, sebab jika tidak demikian tentu setiap orang yang mengaku sebagai wali dikatakan wali, akan tetapi tolak ukur pengakuan ini yaitu pada wilayah amalan sholihnya, seandainya amalanya dibangun di atas keimanan dan taqwa maka sesungguhnya dialah wali. Dan di dalam pendakwahan wilayah kewalian adalah pensucian terhadap dirinya yang demikian itu meniadakan taqwa kepada Alloh ‘azza wa jalla, karena Alloh Ta’ala mengatakan :

فَلَا تُزَكُّوا أَنفُسَكُمْ ۖ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَىٰ

“maka janganlah kalian mensucikan diri-diri kalian, Dialah yang paling mengetahui siapakah orang yang bertaqwa “.(QS. An Najm : 32).

Maka apabila ia telah mendakwahkan bahwa dirinya termasuk wali Alloh Ta’ala maka sungguh ia telah mensucikan dirinya dan disaat itulah ia telah terjatuh pada maksiat kepada Alloh Ta’ala dan pada perkara-perkara yang Alloh Ta’ala telah larang dan inilah meniadakan taqwa.

Maka wali Alloh Ta'ala bukanlah orang-orang yang mensucikan diri-diri mereka semisal dengan persaksian ini, hanyasannya mereka adalah orang-orang yang beriman kepada Alloh Ta’ala dan bertaqwa kepadaNya. Dan mereka adalah orang-orang yang bertaqwa dengan sebab ketaatan yang sempurna kepada Alloh subhanahu wa ta’ala, tidaklah mereka orang-orang yang menipu manusia dan mengelabui manusia dengan pengakuan ini sehingga mereka menyesatkan manusia dari jalannya Alloh Ta’ala.

Maka mereka-mereka adalah orang-orang yang mendakwahkan diri-diri mereka sekali waktu sebagai sayyid, sekali waktu sebagai wali, seandainya manusia mau mengkoreksi apa saja yang ada pada mereka tentu dia akan mendapati mereka ini sangat jauh dari apa yang dikatakan sebagai wali dan sayyid.

Maka nasehatku kepada saudaraku kaum muslimin hendaknya mereka tidak tertipu dengan orang-orang yang mengaku sebagai wali sehingga keadaan mereka mencocoki dengan apa yang ada pada nash-nash (Al Qur’an dan As Sunnah) didalam pensifatan sebagai wali Alloh Ta’ala.

[Syarhu Ushulis Sittah hal.169-170]

Ditulis oleh : Cindy Andriyant Elmandes
Sumber : http://www.facebook.com/?sk=messages&tid=1446567531261#!/?page=1&sk=messages&tid=1687839924327


Share

Comments (0)

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.