Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu anhu, bahwa ia melihat seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang itu berkata, "Wahai Sa'id, apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat?", lalu Sa'id menjawab :"Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyalahi sunnah"

[SHAHIH. HR Baihaqi dalam "As Sunan Al Kubra" II/466, Khatib Al Baghdadi dalam "Al Faqih wal mutafaqqih" I/147, Ad Darimi I/116].



ACARA KEMATIAN 7, 40, 100, 1000 HARI ADALAH DARI AJARAN HINDU

Share/Bookmark
Posted By Abu Ayaz

Kategori :

Sudah di lihat :



Bismillah,
Kita mengenal sebuah ritual keagamaan di dalam masyarakat muslim ketika terjadi kematian adalah menyelenggarakan selamatan kematian/kenduri kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di hari ke 7, 40, 100, dan 1000 harinya. Disini kami mengajak anda untuk mengkaji permasalahan ini secara praktis dan ilmiah.

Setelah diteliti ternyata amalan selamatan kematian/kenduri kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di hari ke 7, 40, 100, dan 1000 hari, bukan berasal dari Al Quran, Hadits (sunah rasul) dan juga Ijma Sahabat, malah kita bisa melacaknya dikitab-kitab agama hindu.

Disebutkan bahwa kepercayaan yang ada pada sebagian ummat Islam, orang yang meninggal jika tidak diadakan selamatan (kenduri: 1 hari, 3 hari, 7 hari, 40 hari dst, /red ) maka rohnya akan gentayangan adalah jelas-jelas berasal dari ajaran agama Hindu. Dalam agama Hindu ada syahadat yang dikenal dengan Panca Sradha (Lima Keyakinan). Lima keyakinan itu meliputi percaya kepada Sang Hyang Widhi, Roh leluhur, Karma Pala, Samskara, dan Moksa. Dalam keyakinan Hindu roh leluhur (orang mati) harus dihormati karena bisa menjadi dewa terdekat dari manusia [Kitab Weda Smerti Hal. 99 No. 192]. Selain itu dikenal juga dalam Hindu adanya Samskara (menitis/reinkarnasi).

Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193 yang berbunyi : "Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu.

Dalam buku media Hindu yang berjudul : "Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa, serpihan yang tertinggal" karya : Ida Bedande Adi Suripto, ia mengatakan : "Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu."

Telah jelas bagi kita pada awalnya ajaran ini berasal dari agama Hindu, selanjutnya umat islam mulai memasukkan ajaran-ajaran islam dicampur kedalam ritual ini. Disusunlah rangkaian wirid-wirid dan doa-doa serta pembacaan Surat Yasin kepada si mayit dan dipadukan dengan ritual-ritual selamatan pada hari ke 7, 40, 100, dan 1000 yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Apakah mencampur-campur ajaran seperti ini diperbolehkan??

Iya, campur mencampur ajaran ini tanpa sadar sudah diajarkan dan menjadi keyakinan nenek moyang kita dulu yang ternyata sebagian dari kaum muslimin pun telah mewarisinya dan gigih mempertahankannya.

Lalu apakah kita lebih memegang perkataan nenek moyang kita daripada apa-apa yang di turunkan Allah kepada RasulNya?

Allah berfirman :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ

”Dan apabila dikatakan kepada mereka :”Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”. Mereka menjawab :”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. Apakah mereka akan mengikuti juga, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS Al Baqoroh ayat 170)

Allah berfirman :

وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan janganlah kamu mencampuradukkan Kebenaran dengan Kebatilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya" (QS Al Baqarah 42)

Allah subhanahu wa ta'ala menyuruh kita untuk tidak boleh mencampuradukkan ajaran agama islam (kebenaran) dengan ajaran agama Hindu (kebatilan) tetapi kita malah ikut perkataan manusia bahwa mencampuradukkan agama itu boleh, Apa manusia itu lebih pintar dari Allah???

Selanjutnya Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu".[QS. Albaqoroh : 208].

Allah menyuruh kita dalam berislam MENYELURUH, tidak setengah-setengah...

TIDAK SETENGAH HINDU...SETENGAH ISLAM...

Allahul musta'an
 
Sumber : Catatan Al Akh Aris Diansah dengan judul asli "Ajaran Gado-gado (Hindu-Islam)"
http://www.facebook.com/notes/aris-diansah/ajaran-gado-gado-hindu-islam/439464374660


Share

Comments (3)

Tahlilan adalah ajaran islam mengapa ?
Tahlil di buka dg bertawasul kpd Rasululloh dan keluarga,para nabi sahabat,tabiin, suhada, ulama dan semua umat islam lalu terkhusus Arwah Ahlulbait yg mengundang,
lalu membaca surat Al-ihlas, Falak binnas, Fatihah, Alif lam mim dilanjutkan ayat Kursi, lalu membaca tasbih, tahmid dan tahlil kemudian ditutup dg do'a.
Kalau memang salah tunjukan dimana salahnya? Bukankah semua yg diatas adalah perintah Allah?
Kalau memang ini Ajaran hindu, dikitab mana hindu mengajarkan membaca ayat2 Al-Qur'an spt saya sebut diatas?
Istighfar,,,, jangan mudah menyalahkan amalan arg lain.

@ Nuryakin :
Afwan ya akhi fillah, nampaknya antum harus mempelajari dulu apa itu amalan MUTLAK dan apa itu amalan MUQOYYAD.

Dalam artikel ini jelas di bicarakan adanya ikatan waktu (yaitu 7, 40, 100 dan 1000 hari), yang mana angka2 ini datang dari ajaran hindu.

Mengikat suatau amalan dengan dengan bacaan2 tertentu yang khas (di tentukan), kemudian diikat dengan waktu (7 hari. 40 hari, 100 hari), maka ini masuk kedalam PERKARA MUQOYYAD.
Maka ini adalah perkara TAUQIF, harus menunggu keterangan/DALIL.

Maka adakah dalilnya tentang perkara berkumpulnya manusia membaca bacaan tertentu disaat kematian seseoarng yang telah di tetapkan bacaannya (sebagaimana yang terdapat dalam buku2 yasin dan tahlil) yang diikat dengan jumlah hari2 tertentu?

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

”Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu amalan dalam urusan agama yang bukan datang dari kami (Allah dan Rasul-Nya), maka tertolaklah amalnya itu”. (SHAHIH, riwayat Muslim Juz 5,133)

Semoga dapat di fahami dengan baik.
Allahu yahdik.

Bismillah..

Sblm na minta mav, aq liat ajaran tersebut berasal dr para wali songo.
Dan beliau" tw apa zg harus d lakuin untk menyebarkn agama islam d kala itu.
Itu cuma siasat beliau, gmn islam bs d trima d indonesia dmn agma sblm na (hindu-budha) begitu mendarah daging.
Dan aq jg yakin (insyaAllah) beliau jg mendapat petunjuk dr Allah .

Zg perlu d luruskn adl apakah amalan d dlm tahlilan ini terdapat hal bathil?? Dan kalo memang ad dan ini gag d perboleh kn, apa ad solusi lain??
Tp aq liat artikel d atas cm menyalahkn amalan saja, tanpa ad solusi..

Kalo menurut q memang amalan itu d adaptasi oleh kbiasaan dr hindu, tp qt jgn asal menyalah kn amalan itu. Sharus na qt tw, qt sbg generasi penerus harus bs mengurangi sdikit demi sdikit kbiasaan itu (bukan amalan na), krn pada dasar na itu smua butuh proses.

Afwan..
-koreksi kalo salah.

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.