Bismillah,
Dalam surat Al Fatihah yang senantiasa selalu kitab baca dalam tiap raka'at shalat ,terdapat ayat yang berbunyi :
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
"...bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".(QS. Al Fatihah : 7)
Lalu siapakah sebenarnya yang dimaksud dengan Al Maghdhub (yang dimurkai) dan Adh Dhalliin (yang sesat) itu?
Dalam surat Al Fatihah yang senantiasa selalu kitab baca dalam tiap raka'at shalat ,terdapat ayat yang berbunyi :
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
"...bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".(QS. Al Fatihah : 7)
Lalu siapakah sebenarnya yang dimaksud dengan Al Maghdhub (yang dimurkai) dan Adh Dhalliin (yang sesat) itu?
Orang-orang Yahudi dinyatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sebagai Al-Maghdhubu ‘alaihim (yang dimurkai Allah) dan Nashrani sebagai Adh-Dhallun (yang tersesat), sebagaimana dinyatakan dalam ayat terakhir Surat Al-Fatihah:
“Tunjukkanlah kami kepada jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang Engkau beri nikmat kepada mereka, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang sesat.” (QS. Al-Fatihah: 6-7)
Diterangkan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana diriwayatkan dari sahabat ‘Adi ibnu Hatim radhiallahu 'anhu di dalam hadits yang panjang, beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya Yahudi itu adalah yang dimurkai dan Nashara adalah orang-orang yang disesatkan.”
[Diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dalam Sunan-nya no. 4029 dan dishahihkan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no.8202 dan dalam komentar beliau terhadap Syarah Al-’Aqidah Ath-Thahawiyah no .811]
Imam ahli tafsir dan ahli hadits, Ibnu Abi Hatim, berkata: “Saya tidak mendapatkan perselisihan diantara ahli tafsir bahwasanya al-maghdhub ‘alaihim (di dalam ayat itu) adalah Yahudi dan adh-dhallun adalah Nashara, dan yang mempersaksikan perkataan para imam tersebut adalah hadits ‘Adi bin Hatim.” (Tafsir Ibnu Katsir, 1/40)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Kekafiran Yahudi pada prinsipnya karena mereka tidak mengamalkan ilmu mereka. Mereka mengetahui kebenaran namun tidak mengikutinya, baik dalam ucapan atau perbuatan, ataupun sekaligus dalam ucapan dan perbuatan. Sementara kekafiran Nashrani dari sisi amalan mereka yang tidak didasari ilmu, sehingga mereka bersungguh-sungguh melaksanakan berbagai macam ibadah tanpa didasari syariat dari Allah, serta berbicara tentang Allah tanpa didasari ilmu.” (Iqtidha Ash-Shirathil Mustaqim, hal.23, Darul Anshar 1423 H). Lihat pula keterangan dan pendalilan beliau yang lebih panjang mengenai dimurkainya Yahudi dan disesatkannya Nashrani dalam kitab tersebut (hal. 22-24).
Demikian sesungguhnya keadaan Yahudi dan Nashrani, sehingga setiap kali shalat kaum muslimin meminta perlindungan dari mengikuti jalan keduanya (jalannya Yahudi dan Nashrani) ketika mereka membaca ayat di dalam surat Al-Fatihah tersebut.
Yahudi dan Nashrani adalah Kaum yang Terlaknat.
Yahudi dan Nashrani telah dikafirkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Demikian juga Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya melaknat mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
“Allah telah melaknat orang-orang kafir dari kalangan Bani Israil.”
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Laknat Allah atas kaum Yahudi dan Nashrani.” (HR. Al-Bukhari no. 435 dan Muslim no. 531)
Dengan penjelasan di atas, bahwa Yahudi dan Nashrani adalah kaum yang kafir, dimurkai dan terlaknat, dapatkah agama Islam disamakan dengan agama Yahudi dan Nashrani, terlebih lagi dengan agama selain keduanya yang tidak memiliki kitab samawi (kitab dari langit)? Dan jelas agama Islam tidak boleh dibangun di atas teologi inklusif, bahkan harus dibangun di atas keyakinan eksklusif bahwa hanya Islam agama yang benar, adapun selainnya adalah salah!
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata : "Yahudi tidak melaksanakan Al Haq sedangkan Nashrani berlebih-lebihan padanya. Adapun Yahudi dicap dengan kemurkaan (Al Maghdhub Alaihim) sedangkan Nashrani dengan kesesatan (Adh Dhaallin)."
Secara ringkas kekafiran Yahudi adalah karena mereka tidak beramal dengan ilmunya. Mereka mengetahui Al Haq tetapi tidak menyertainya dengan amal, baik dengan ucapan maupun perbuatan. Sedangkan kekafiran Nashrani adalah dari sisi amal mereka tanpa ilmu. Mereka berusaha mengamalkan berbagai macam ibadah tanpa syari'at dari Allah. Dan mereka berbicara tentang Allah apa-apa yang tidak mereka ketahui." (Iqtidha Shiratil Mustaqim oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah 1/67)
Demikianlah Yahudi dan Nashrani, dua contoh kesesatan dan dua model kekufuran.
Yahudi terjerumus dalam sikap tafrith sehingga membunuh para Nabi dan mencela Isa bin Maryam 'alaihis salam hanya karena nafsu dan kedengkian mereka. Mereka tahu dan mengenal Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam seperti mengenal anak mereka sendiri. Mereka mengenal namanya, sifat-sifatnya, dan lain-lain tentangnya, tapi mereka mengingkari dan menentang beliau.
Allah berfirman :
"Padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapatkan kemenangan atas orang-orang kafir. Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah atas orang-orang yang ingkar." (QS. Al Baqarah : 89 )
Demikianlah Allah murka dan melaknat Yahudi karena sikap tafrith, mengetahui Al Haq tapi mengingkarinya. Maka Allah mengatakan tentang mereka :
Katakanlah : "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasiq) itu di sisi Allah? Yaitu orang-orang yang dilaknat dan dimurkai oleh Allah dan di antara mereka ada yang dijadikan kera-kera dan babi-babi dan penyembah thaghut." (QS. Al Maidah : 60 )
Dari ayat inilah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan bahwa Yahudi dijuluki dengan Al Maghdhub Alaihim (yang dimurkai).
Sedangkan Nashrani tersesat dalam sikap ifrath dengan menuhankan Isa dan menyembah pendeta-pendeta. Allah berfirman tentang mereka :
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas (ghuluw) dalam agamamu dan janganlah kalian mengatakan atas (nama) Allah kecuali yang haq. Sesungguhnya Al Masih Isa putra Maryam adalah Rasulullah … ." (QS. An Nisa' : 171 )
Itulah sikap ifrath (berlebih-lebihan dalam agama) mereka, berbicara tentang Allah dan atas nama Allah tanpa ilmu. Sehingga terucap dari mereka kalimat kufur yang sangat besar yaitu mengatakan bahwa Isa adalah jelmaan Allah atau Isa adalah anak Allah atau Isa, Maryam, dan Allah adalah satu yang tiga, tiga yang satu. Subhanallah, Maha Suci Allah dari apa yang mereka ucapkan!! Allah adalah satu, tidak beranak dan tidak diperanakkan!
Maka kafirlah mereka dengan ucapan itu dan gugurlah amalan mereka dan ibadah mereka. Walaupun mereka beribadah kepada Allah dengan khusyu' dan menangis, berdzikir menyebut nama Allah, dan memujinya dengan ikhlas. Demikianlah orang-orang yang berusaha untuk beribadah kepada Allah tetapi tanpa ilmu akhirnya mereka tersesat dan amalannya sia-sia.
Allah berfirman setelah mengatakan kekafiran orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah satu dari yang tiga :
"Wahai ahli kitab, janganlah kalian berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara yang tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat terdahulu (sebelum kedatangan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam). Mereka menyesatkan kebanyakan (manusia) dan mereka tersesat dari jalan yang lurus." (QS. Al Maidah : 77 )
Dari sinilah nashrani dijuluki dengan Adh Dhaallin (yang sesat).
Dari uraian tersebut di atas kita dapat melihat tiga jalan :
Yang pertama jalan yang lurus (shirathal mustaqim), yang kedua jalan Al Maghdhubi Alaihim, dan yang ketiga jalan Adh Dhaallin. Maka penyimpangan dari jalan yang lurus berarti masuk kepada salah satu dari dua jalan yang lain.
Kita berdoa setiap hari, setiap shalat, bahkan setiap rakaat agar diberi petunjuk ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang diberi nikmat, yaitu jalan para Nabi, para shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang yang shalih. Dan berdoa agar jangan terjerumus ke jalan orang-orang yang dimurkai yang tidak mengamalkan Al Haq. Dan jangan pula terjerumus ke jalan orang-orang yang sesat, yang beramal tanpa ilmu. Kita ucapkan dalam Al Fatihah :
"Tunjukilah kami ke jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat atas mereka. Bukan jalan orang-orang yang Engkau murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat." (QS. Al Fatihah : 6-7 )
Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini : "Al Maghdhub Alaihim adalah orang-orang yang rusak niatnya. Mereka mengetahui Al Haq tapi menyeleweng darinya. Sedang Adh Dhaallin adalah orang-orang yang tidak memiliki ilmu sehingga mereka bingung dalam kesesatan, tidak mendapatkan petunjuk kepada Al Haq, … dan seterusnya." (Tafsir Ibnu Katsir 1/31-32 )
Siapakah Al Maghdhub dan Adh Dhaallin Dalam Umat Ini?
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan tentang perpecahan umat yang sudah sering disinggung dalam edisi-edisi yang lalu. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa semuanya akan masuk neraka kecuali satu.
Dalam riwayat lain dari Ibnu Mas'ud bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menggaris satu garis dengan tangannya kemudian berkata :
"Ini adalah jalan yang lurus."
Kemudian menggaris beberapa garis di kanan dan kirinya, kemudian berkata :
"Ini jalan-jalan, tidak ada satu jalan pun daripadanya kecuali ada syaithan yang mengajak kepadanya."
Kemudian membacakan ayat :
"Ini jalanku yang lurus maka ikutilah dia dan janganlah mengikuti jalan-jalan (lain) … ." (QS. Al An'am : 153 ) [HR. Ahmad, Ad Darimi, Al Hakim]
Riwayat-riwayat di atas menunjukkan bahwa umat beliau akan berpecah dalam berbagai macam jalan dan yang selamat hanya satu kelompok. Hadits di atas juga menunjukkan bahwa yang selamat adalah mereka yang tetap berada dalam shirathal mustaqim (jalan yang lurus) sedangkan jalan-jalan yang lain adalah jalan-jalan syaithan. Dengan demikian hanya ada dua kemungkinan yaitu mengikuti jalan keselamatan atau jalan kesesatan, mengikuti jalan Allah atau jalan syaithan.
Dalam riwayat dari Abi Said Al Khudri, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjelaskan bahwa sebagian umat ini akan mengikuti model yahudi dan nashrani.
"Pasti kalian akan mengikuti sunnah-sunnah (jalan/kebiasaan) orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal sehasta demi sehasta." (Muttafaqun Alaihi)
Ketika para shahabat bertanya apakah yang dimaksud mengikuti yahudi dan nashrani beliau mengatakan : "Siapa lagi?"
Dari sini kita pahami bahwa dalam umat ini pun terdapat dua kesesatan model yahudi dan nashrani sebagai kaum yang dilaknat dan kaum yang sesat. Sufyan bin Uyainah dan para ulama Salaf berkata :
"Sesungguhnya orang yang rusak dari ulama kita, maka padanya ada penyerupaan terhadap yahudi. Dan orang yang rusak dari kalangan ahli ibadah kita maka padanya ada penyerupaan dengan nashrani." (Dinukil dari Kitab Iqtidha Shirathil Mustaqim oleh Syaikh Islam 1/68 )
Kerusakan Orang-Orang Berilmu Karena Sikap Tafrith
Kerusakan sebagian orang-orang yang berilmu adalah karena sikap tafrith, tidak mengamalkan ilmunya bahkan menggunakan ilmu mereka untuk kepentingan hawa nafsunya. Mereka menutupi kebenaran padahal mereka tahu, mencampurkan yang haq dengan yang bathil agar menjadi samar bagi manusia, merubah-rubah kalimat Qur'an dari tempat-tempatnya agar sesuai dengan hawa nafsu, menjual fatwa dan mengorbankan ayat-ayat Allah untuk mendapatkan harta dunia. Ini semua adalah sifat-sifat yahudi yang terlaknat dan kebiasaan mereka.
Allah berfirman tentang mereka :
"Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit mereka itu sebenarnya tidak memasukkan ke dalam perut-perut mereka kecuali api (neraka)." (QS. Al Baqarah : 174 )
Allah juga berfirman :
"Dari orang-orang yahudi mereka merubah-rubah ucapan dari tempat-tempatnya." (QS. An Nisa' : 46 )
Allah berfirman lagi :
"Wahai ahli kitab, mengapa kalian mencampuradukkan yang hak dengan yang bathil. Dan menyembunyikan kebenaran padahal kalian mengetahui." (QS. Ali Imran : 71 )
Dari ayat-ayat di atas terdapat beberapa sifat yahudi :
Syaikhul Islam berkata : "Allah menggambarkan mereka yang dimurkai oleh Allah dengan sifat "menyembunyikan ilmu". Kadang-kadang karena pelit (QS. An Nisa' : 36-37 ), kadang-kadang karena mencari dunia dan kadang-kadang karena takut ilmu tersebut menjadi hujjah untuk menyalahkan mereka (QS. Al Baqarah : 76 )."
Selanutnya beliau mengatakan : "Dan beberapa golongan yang dianggap sebagai ulama (dari umat ini, pent. ) tertimpa musibah ini. Kadang-kadang mereka menyembunyikan ilmu karena pelit, khawatir orang lain akan mendapatkan keutamaan seperti mereka. Kadang-kadang karena mencari kedudukan atau harta atau kadang-kadang karena berhadapan dengan kelompok yang menyelisihi dalam satu masalah kemudian menutup ilmu yang dapat dijadikan hujjah oleh kelompok tersebut. Walaupun tentu kelompok yang menyelisihinya adalah bathil." (Iqtidha Shirathil Mustaqim 1/73)
[Dikutip dari tulisan al Ustadz Muhammad Umar as Sewed, judul asli Sikap Tengah Ahlus Sunnah, Sumber Majalah Salafy VI/Muharram/1417/1996, dan http://www.salafy.or.id/salafy.php?menu=detil&id_artikel=21].
Comments (0)
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.