Oleh : Ust. bu Asma Andre
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا من يهده الله فلا مضل له ومن يضلل فلا هادي له وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله.
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مّسْلِمُونَ
يَآ أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْراً وَنِسَآءً وَاتَّقُوْا اللَّهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْباً
يَا أَيُّهَا الّذِينَ آمَنُواْ اتّقُواْ اللّهَ وَقُولُواْ قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماًً
أما بعد: فإن أصدق الكلام كلام الله وخير الهدي هدي محمد وشر الأمور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة وكل ضلالة في النار.
Salafus Shalih adalah generasi yang telah mendahului kita diatas kebaikan, rekomendasi ini muncul dari Allah subhanahu wa ta'ala lewat lisan Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam, tidak berbilang dalil tentang keutamaan mereka secara menyeluruh atau orang perorangnya, sebagaimana yang bisa kita lihat dari Al Qur-an, As Sunnah maupun kitab - kitab sejarah, atau yang lainnya. Keutamaan generasi salaf ini kemudian menakjubkan generasi berikutnya, sehingga mata - mata yang penuh kekaguman tergerak hatinya untuk mengikuti jejak langkah mereka, bukan hanya didalam pemahaman aqidah maupun ibadah, akan tetapi sampai di keadaan masalah menuntut ilmu.
Bagi generasi belakangan, apabila kita menyimak kisah - kisah tentang perjalanan mereka didalam menuntut ilmu, maka kebanyakan kita pada kesempatan pertama akan takjub, dan tidak jarang timbul perasaan : apakh memang sedemikian adanya keadaan mereka ? dan sebagiannya mendustakannya, niscaya apabila kisah - kisah tersebut tidak diriwayatkan dengan jalur - jalur yang shahih kebanyakan diantara kita juga akan mendustakannya.
Kisah salafush shalih adalah tentara penggerak bagi hati, Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata : " Cerita tentang para ulama dan kebaikan mereka lebih aku cintai daripada memperbanyak pembahasan fiqih. "( Kaifa Tatahamas hal 18 ), kalau datang pertanyaan, mengapa Al Imam Abu Hanifah sampai mengucapkan hal yang sedemikian ? maka salah satu jawabannya adalah : "Didalam kisah para salaf terdapat fiqih mereka dan belum tentu sebaliknya. "
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman :
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
" Sesungguhnya pada kisah - kisah mereka terdapat pelajaran bagi siapa saya yang mempunyai akal. " ( QS Yusuf : 111 )
Al Imam At Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Sa'id radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
لَنْ يَشْبَعَ الْمُؤْمِنُ مِنْ خَيْرٍ يَسْمَعُهُ حَتَّى يَكُوْنَ مُنْتَهَاهُ الْجَنَّةَ
"Seorang mu`min tidak akan kenyang dari kebaikan yang dia dengar sampai tempat berakhirnya adalah jannah." ( HR Imam At Tirmidzi no 2686, dan beliau berkata : hadits hasan ghari, di dhaifkan oleh Syaikh Al Albani dalam Dhaif Jami'us Shaghir no 4783 )
Ketika menerangkan hadits ini berkata Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dalam Miftah Daris Sa'adah 1/74 : " Maka, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjadikan kegairahan / keinginan dalam ilmu dan cinta padanya termasuk konsekuensi-konsekuensi iman dan termasuk di antara sifat-sifat orang-orang yang beriman. Dan beliau mengabarkan bahwa hal ini (gairah terhadap ilmu dan cinta padanya) akan tetap ada pada seorang mu`min sampai dia masuk jannah. "
Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah ( Miftaahu Daaris Sa'aadah 1/74 - 75 ) meriwayatkan beberapa atsar yang menerangkan semangat salafush shalih dalam mencari ilmu, di antaranya :
Dari Al Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah, beliau berkata : "Sesungguhnya aku mencari ilmu sampai aku dimasukkan ke dalam kubur."
Al Imam Hasan Al Bashri ditanya tentang seseorang yang berumur 80 tahun : " Apakah dia masih layak mencari ilmu ?" Beliau menjawab : " Jika ia masih layak hidup (maka dia layak mencari ilmu)."
Dikatakan kepada Ibnu Bustham : "Betapa semangatnya engkau dalam mencari hadits." Maka beliau berkata : "Tidakkah engkau suka kalau aku termasuk ke dalam deretan keluarga Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam."
Perhatikan perkataan indah Imam Ibnul Qayyim rahimahullah : " Apabila keadaan hikmah itu seperti barang yang hilang dari seorang mu`min, maka wajib baginya untuk mencarinya. Dan hikmah adalah ilmu, maka jika seorang mu`min kehilangan ilmu, dia seperti keadaan orang yang kehilangan harta yang berharga. Maka jika dia menemukannya, hatinya akan mantap dan jiwanya akan bergembira." ( Miftahu Daaris Sa'aadah 1/75 )
Seseorang yang sudah mulai berhenti menuntut ilmu, maka hal tersebut merupakan alamat kecelakaan baginya, perhatikan perkataan Imam Said bin Jubair rahimahullah : "Seseorang tetap dikatakan 'alim selama dia tetap belajar. Maka apabila dia meninggalkan belajar dan merasa cukup dengan ilmu yang ada padanya, maka dia adalah orang yang paling bodoh." ( Tadzkiratus Saami' wal Mutakallim karya Ibnu Jamaa'ah hal 183 )
Al Imam An Nawawi rahimahullah berkata : " Selayaknya seseorang untuk senantiasa bersungguh-sungguh dalam menyibukkan diri dengan ilmu baik dengan cara membaca, dibacakan ataupun membacakan kepada orang lain, menelaah, memberikan catatan-catatan, membahas, mudzakarah (mempelajari dan muroja'ah / mengulang pelajaran), dan menulisnya. Dan janganlah dia merasa sombong sehingga tidak mau belajar kepada orang yang di bawahnya dari sisi umur, nasab, atau kemasyhuran. Bahkan hendaknya dia bersemangat untuk mendapatkan faidah dari orang yang memilikinya." (Al Majmuu' 1/29)
Al Imam An Nawawi rahimahullah juga berkata : "Dan termasuk di antara adab-adab seorang penuntut ilmu yang sangat ditekankan adalah hendaklah dia bersemangat dalam belajar, menekuninya di seluruh waktu-waktu yang memungkinkan baginya, dan janganlah merasa cukup dengan ilmu yang sedikit dalam keadaan dia mampu untuk mencari yang banyak, namun jangan memaksakan diri mencari apa-apa yang dia tidak mampu agar tidak menjadikan dia bosan dan menghilangkan ilmu yang telah dia dapatkan. Dan hal ini berbeda-beda sesuai dengan perbedaan manusia dan keadaannya." ( At Tibyaan fii Aadaabi Hamalatil Qur`aan hal 41 )
Al Imam Al Muzani rahimahullah bertanya kepada Al Imam Asy Syafi'i rahimahullah : " Bagaimana semangatmu untuk menuntut ilmu ? " Beliau menjawab : " Saya mendengar kalimat yang sebelumnya saya belum pernah dengar, maka saya mengangan - angankan seluruh tubuh saya memiliki pendengaran untuk juga dapat mendengar kalimat tersebut." Ditanyakan lagi kepada beliau : "Bagaimana kerakusan anda kepada ilmu ? " Beliau menjawab : " Seperti rakusnya orang yang menimbun harta dan ia tahu bahwasanya harga barang akan naik. " Beliau kemudian ditanya lagi : " Bagaimana anda mencarinya ? " Beliau menjawab : " Sebagaimana seorang ibu mencari anaknya yang hilang sedangkan ibu tersebut tidak memiliki anak yang lain. " ( Ta'wali Ta'sis bi Manaqib Imam Asy Syafi'i rahimahullah hal 106 karya Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah. )
Sesuai dengan usaha yang engkau berikan,
maka engkau akan mendapatkan apa yang engkau angan-angankan.
[Ta'liimul Muta'allim Thariiq At Ta'allum karya Az Zarnuji hal 88 ]
Sumber : http://www.facebook.com/notes/abu-asma-andre/engkau-sekadar-apa-yang-engkau-cita-citakan-seri-kelima-dari-menyatukan-hati-dia/334722289918731
Comments (0)
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.