Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu anhu, bahwa ia melihat seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang itu berkata, "Wahai Sa'id, apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat?", lalu Sa'id menjawab :"Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyalahi sunnah"

[SHAHIH. HR Baihaqi dalam "As Sunan Al Kubra" II/466, Khatib Al Baghdadi dalam "Al Faqih wal mutafaqqih" I/147, Ad Darimi I/116].



TAKDIR MANUSIA TELAH DI TENTUKAN

Share/Bookmark
Posted By Abu Ayaz

Kategori :

Sudah di lihat :



عن أبي عبدالرحمن عبدالله بن مسعود رضي الله عنه قال حدثنا رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو الصادق المصدوق " إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما نطفة ثم علقه مثل ذلك ثم يكون مضغة مثل ذلك , ثم يرسل إليه الملك فينفخ فيه الروح , ويؤمر بأربع كلمات : بكتب رزقه , وأجله , وعمله , وشقي أم سعيد . فوالله الذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار , وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة

Dari Abu 'Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga.  [Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643] 

Kalimat, “Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya ” maksudnya yaitu Air mani yang memancar kedalam rahim, lalu Allah pertemukan dalam rahim tersebut selama 40 hari. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwa dia menafsirkan kalimat diatas dengan menyatakan, “Nutfah yang memancar kedalam rahim bila Allah menghendaki untuk dijadikan seorang manusia, maka nutfah tersebut mengalir pada seluruh pembuluh darah perempuan sampai kepada kuku dan rambut kepalanya, kemudian tinggal selama 40 hari, lalu berubah menjadi darah yang tinggal didalam rahim. Itulah yang dimaksud dengan Allah mengumpulkannya” Setelah 40 hari Nutfah menjadi ‘Alaqah (segumpal darah)

Kalimat, “kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya” yaitu Malaikat yang mengurus rahim

Kalimat "Sesungguhnya ada seseorang diantara kamu melakukan amalan ahli surga........" secara tersurat menunjukkan bahwa orang tersebut melakukan amalan yang benar dan amal itu mendekatkan pelakunya ke surga sehingga dia hampir dapat masuk ke surga kurang satu hasta. Ia ternyata terhalang untuk memasukinya karena taqdir yang telah ditetapkan bagi dirinya di akhir masa hayatnya dengan melakukan perbuatan ahli neraka. Dengan demikian, perhitungan semua amal baik itu tergantung pada apa yang telah dilakukannya. Akan tetapi, bila ternyata pada akhirnya tertutup dengan amal buruk, maka seperti yang dikatakan pada sebuah hadits: "Segala amal perbuatan itu perhitungannya tergantung pada amal terakhirnya." Maksudnya, menurut kami hanya menyangkut orang-orang tertentu dan keadaan tertentu. Adapun hadits yang disebut oleh Imam Muslim dalam Kitabul Iman dari kitab shahihnya bahwa Rasulullah berkata: " Seseorang melakukan amalan ahli surga dalam pandangan manusia, tetapi sebenarnya dia adalah ahli neraka." Menunjukkan bahwa perbuatan yang dilakukannya semata-mata untuk mendapatkan pujian/popularitas. Yang perlu diperhatikan adalah niat pelakunya bukan perbuatan lahiriyahnya, orang yang selamat dari riya' semata-mata karena karunia dan rahmat Allah Ta'ala.

Kalimat " maka demi Allah yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya ada seseorang diantara kamu melakukan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. " Maksudnya bahwa, hal semacam ini bisa saja terjadi namun sangat jarang dan bukan merupakan hal yang umum. Karena kemurahan, keluasan dan rahmat Allah kepada manusia. Yang banyak terjadi manusia yang tidak baik berubah menjadi baik dan jarang orang baik menjadi tidak baik.

Firman Allah, “Rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku” menunjukkan adanya kepastian taqdir sebagaimana pendirian ahlussunnah bahwa segala kejadian berlangsung dengan ketetapan Allah dan taqdir-Nya, dalam hal keburukan dan kebaikan juga dalam hal bermanfaat dan berbahaya. Firman Allah, QS. Al-Anbiya’ : 23, “Dan Dia tidak dimintai tanggung jawab atas segala tindakan-Nya tetapi mereka akan dimintai tanggung jawab” menyatakan bahwa kekuasaan Allah tidak tertandingi dan Dia melakukan apa saja yang dikehendaki dengan kekuasaa-Nya itu.

Imam Sam’ani berkata : “Cara untuk dapat memahami pengertian semacam ini adalah dengan menggabungkan apa yang tersebut dalam Al Qur’an dan Sunnah, bukan semata-mata dengan qiyas dan akal. Barang siapa yang menyimpang dari cara ini dalam memahami pengertian di atas, maka dia akan sesat dan berada dalam kebingungan, dia tidak akan memperoleh kepuasan hati dan ketentraman. Hal ini karena taqdir merupakan salah satu rahasia Allah yang tertutup untuk diketahui oleh manusia dengan akal ataupun pengetahuannya. Kita wajib mengikuti saja apa yang telah dijelaskan kepada kita tanpa boleh mempersoalkannya. Allah telah menutup makhluk dari kemampuan mengetahui taqdir, karena itu para malaikat dan para nabi sekalipun tidak ada yang mengetahuinya”.

Ada pendapat yang mengatakan : “Rahasia taqdir akan diketahui oleh makhluk ketika mereka menjadi penghuni surga, tetapi sebelumnya tidak dapat diketahui”.

Beberapa Hadits telah menetapkan larangan kepada seseorang yang tdak mau melakukan sesuatu amal dengan alasan telah ditetapkan taqdirnya. Bahkan, semua amal dan perintah yang tersebut dalam syari’at harus dikerjakan. Setiap orang akan diberi jalan yang mudah menuju kepada taqdir yang telah ditetapkan untuk dirinya. Orang yang ditaqdirkan masuk golongan yang beruntung maka ia akan mudah melakukan perbuatan-perbuatan golongan yang beruntung sebaliknya orang-orang yang ditaqdirkan masuk golongan yang celaka maka ia akan mudah melakukan perbuatan-perbuatan golongan celaka sebagaimana tersebut dalam Firman Allah :
“Maka Kami akan mudahkan dia untuk memperoleh keberuntungan”. (QS. Al Lail :7)

“Kemudian Kami akan mudahkan dia untuk memperoleh kesusahan”. (QS.Al Lail :10)

Para ulama berkata : “Al Qur’an, lembaran, dan penanya, semuanya wajib diimani begitu saja, tanpa mempersoalkan corak dan sifat dari benda-benda tersebut, karena hanya Allah yang mengetahui”.

Allah berfirman : “Manusia tidak sedikit pun mengetahui ilmu Allah, kecuali yang Allah kehendaki”.(QS. Al Baqarah : 255)
[Syarah Hadits Arba'in Nawawi, Ibnu Daqieq al "ied, hadits ke 4]

Ibnu Rajab rohimahullah berkata :
“Perkataan (( Menurut pandangan manusia )) memberikan isyarat terhadap sisi batin ( tersembunyi ) berlainan dengan apa yang nampak.

Bahwa akhiran yang jelek dikarenakan kejelekan yang ada di dalam ( batin ) kepada hamba tersebut. Yang mana orang-orang tidak mengetahuinya. Mungkin dari amalan yang jelek atau yang semisalnya. Itulah perangai tersembunyi yang menjadikan dia syu’ul khotimah ( akhiran yang jelek ) ketika meninggal dunia.

Begitu juga ada orang yang melakukan amalan ahli neraka, akan tetapi dalam hatinya ada perangai tersembunyi yang baik. Sampai perangai tersebut bisa mengalahkan waktu akhir hayatnya sehingga dia mendapatkan husnul khotimah ( akhiran yang baik )

Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata :
“ Sesungguhnya hadits Ibnu Mas’ud ( sampai antara dia dengan surga kecuali sejengkal ), maksudnya bukan amalan yang menyampaikan dia ke tempat sampai tidak tersisi melainkan sejengkal. Karena kalau sekiranya dia beramal seperti amalan ahli surga secara benar dari pertama kali. Allah tidak akan menghinakannya. Karena Allah Maha Dermawan terhadap hamba-Nya. Hamba yang menuju kepada Allah tidak tersisa masuk surga melainkan sejengkal kemudian Allah menghalanginya ??. Ini mustahil terjadi.

Akan tetapi maksudnya adalah dia beramal seperti amalan ahli surga menurut pandangan manusia. Sampai ketika sudah tidak ada lagi tinggal ajal yang menjemputnya, hatinya berpaling. Kami berlindung kejelekan kepada Allah – kami memohon kepada Allah kebaikan – ini maksud hadits Ibnu Mas’ud. Jadi tidak tersisa antara dia dengan surga tinggal sejengkal berkaitan dengan ajalnya. Karena memang asalnya dia tidak beramal seperti amalan ahli surga – kami berlindung kepada Allah dari hal tersebut, kami memohon jangan sampai hati kita berpaling – dia beramal tapi dalam hatinya perangai jelek yang disimpan sampai tidak tersisi melainkan sejengkal lagi dan dia mati. Selesai dari “ Liqa’ Syahri : 13 / 14 “

Syekhul Islam berkata : “ Haadits ini dan yang semisalnya ada dua pembahasan
Pertama : Qadar yang lampau yaitu Allah mengetahui ahli surga dan ahli neraka sebelum mereka melakukan amalan-amalan. Hal in benar dan wajib diyakini ( diimani ) ba...hkan para Imam telah menetapkannya seperti Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad bahwa barangsiapa yang mengingkarinya maka dia kafir. Bahkan wajib beriman bahwa Allah mengetahui apa yang akan terjadi semuanya dan wajib untuk mengimaninya terhadap apa yang diberitahukan kepada kita. Bahwa hal tersebut telah diberitahukan dan di tulis sebelum terjadi.

Kedua : Sesungguhnya Allah mengetahui semua urusan yang terjadi. Dan Dia menjadikan sesuatu itu ada sebabnya. Sehingga diketahui bahwa hal tersebut terjadi dengan adanya sebab. Sebagaimana Dia mengetahui orang ini akan melahirkan sehingga dia berhubungan badan dan hamil.kalau sekiranya dikatakan : “ Kalau Allah telah mengetahui dia akan melahirkan diriku, tidak perlu dia berhubangan badan “. Maka dia termasuk orang yang bodoh. Karena Allah mengetahui apa yang akan terjadi dengan mentakdirkan dia berhubungan badan. Begitu juga kalau Dia mengetahui tanaman itu akan tumbuh dengan disirami air dan di tabur bibit. Kalau ada yang mengatakan : “ Kalau Dia mengetahui akan tumbuh, tidak perlu lagi menabur bibit, maka dia bodoh dan sesat. Karena Allah mengetahui apa yang akan terjadi setelah itu.

Begitu juga Dia mengetahui ini bahagia dan ini sengsara di akhirat. Kami katakan, hal itu karena dia melakukan amalan-amalan orang yang sengsara. Allah mengetahui dia sengsara dengan amalan ini. Kalau dikatakan : “ Dia akan tetap sengsara meskipun tidak beramal “, maka ucapan tersebut batil. Karena Allah tidak akan memasukkan seorangpun ke neraka kecuali atas usahanya.

Allah berfirman : “Sesungguhnya Aku pasti akan memenuhi neraka Jahannam dengan jenis kamu dan dengan orang-orang yang mengikuti kamu di antara mereka kesemuanya “. Shod : 58. Dia bersumpah Neraka di penuhi oleh Iblis dan para pengikutnya. Para pengikut Iblis telah berbuat kemaksiatan kepada Allah. Allah tidak akan menghukum seorang hamba terhadap apa yang Allah ketahui sampai dia melakukannya.

Begitu juga Surga Allah ciptakan untuk ahli iman dan ketaatan. Barangsiapa yang di takdirkan masuk di dalamnya, dimudahkan baginya keimanan dan ketaatan. Barangsiapa yang mengatakan : “ Saya masuk surga baik beriman maupun kafir. Kalau dia mengetahui dia termasuk ahli surga, maka dia telah berbohong kepada Allah. Karena Allah mengetahui dia termasuk ahli surga karena keimanannya. Kalau dia tidak beriman, maka Allah mengetahui dia tidak akan masuk surga, karena tidak ada keimanan bahkan kekufuran. Oleh karena itu Allah mengetahui dia termasuk ahli neraka.

Oleh karena itu Allah memerintahkan untuk berdoa, meminta pertolongan kepada Allah dan sebab-sebab yang lainnya.

Barangsiapa yang berkata : “ Saya tidak berdoa, tidak akan meminta karena menggantungkan qadar, maka dia salah juga. Karena Allah menjadikan doa dan meminta sebagai sebab untuk mendapatkan pengampunan, rahmat, hidayah, pertolongan dan rezki-Nya. Kalau seorang hamba ditakdirkan baik, dia akan mendapatkannya dengan berdoa. Tidak akan didapatkan tanpa melalui doa. Dan apa saja yang Allah takdirkan dan Allah ketahui tidak akan terjadi melainkan dengan mentakdirkan sebab agar bisa mendapatkannya. Tidak ada di dunia maupun di akhirat sesuatupun kecuali dengan adanya sebab. Dan Allah yang menciptakan sebab dan hasil dari sebab tersebut.

Dalam masalah ini ada dua kelompok yang tersesat.

Kelompok pertama : mereka beriman terhadap qadar dan menyangka cukup untuk mendapatkan maksud. Sehingga mereka tidak mengambil sebab-sebab yang disyareatkan dan melakukan amalan sholeh. Mereka mendapatkan urusannya sampai kepada mengkufuri Kitab-kitab Allah dan Rasul-Nya serta agama-Nya.

Kelompok lain : mereka mengambil dan meminta balasan dari Allah. Seperti pekerja meminta upah kepada yang memperkejakannya. Mereka menyandarkan kepada kekuatan dan amalannya. Seperti permintaan para raja. Mereka itu bodoh dan sesat. Karena Allah memerintah hamba-hamba-Nya bukan karena membutuhkan kepadanya. Tidak juga melarangnya karena kekikiran-Nya. Akan tetapi memerintahkan suatu perintah yang membawa kemaslahatan baginya. Dan melarang sesuatu karena ada kerusakannya.

Dia Allah subhanahu yang berfirman dalam hadits Qudsi : “ Wahai hamba-Ku, sesungguhnya engkau tidak akan sampai bisa membuat kemudhorotan sampai saya merasa dapat mudhorot. Begitu juga tidak akan sampai membuat manfaat sampai bisa memberi manfaat kepada-Ku “. Barangsiapa yang berpaling dari perintah, larangan, janji dan ancaman karena hanya melihat Qadar, maka dia telah tersesat. Barangsiapa yang meminta untuk melakukan perinta dan larangan dengan berpaling dari Qadar juga tersesat. Akan tetapi orang-orang yang beriman adalah yang mengucapkan : “ Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan “. Dia beribadah karena mengikuti perintah dan memohon pertolongan karena keimanan terhadap Qadar “

 
[Diambil dari beberapa tulisan di kitab Majmu’ Fatawa 8 / 66 dan seterusnya.]




Share

Comments (0)

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.