Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu anhu, bahwa ia melihat seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang itu berkata, "Wahai Sa'id, apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat?", lalu Sa'id menjawab :"Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyalahi sunnah"

[SHAHIH. HR Baihaqi dalam "As Sunan Al Kubra" II/466, Khatib Al Baghdadi dalam "Al Faqih wal mutafaqqih" I/147, Ad Darimi I/116].



APAKAH RAMALAN/PREDIKSI CUACA TERMASUK SYIRIK?

Share/Bookmark
Posted By Abu Ayaz

Kategori :

Sudah di lihat :



Oleh : Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah.

Prediksi dan perakiraan cuaca yang biasa dilakukan oleh Badan Meteorologi dan Geofisika atau badan-badan lainnya yang sejenis bukanlah termasuk ilmu ghaib, tetapi hal itu merupakan penelitian ilmiah tentang keadaan cuaca, angin, awan dan sejenisnya. Penelitian ilmiah modern tentang masalah tersebut mengisyaratkan bahwa indikasi kebenaran cuaca bisa mencapai 90% apabila masih sehari atau dua hari, namun apabila sudah mencapai lebih dari dua hari maka indikasi kebenarannya menurun seperti 60% untuk kebenaran prakiraan cuaca dalam waktu lima hari lagi.

Apabila masalahnya demikian, maka kita dapat memahami bahwa prakiraan tersebut hanya dapat diperoleh melalui hasil penelitian tentang seluk beluk cuaca. Contoh sederhana dalam kehidupan kita sehari-hari yaitu apabila kita melihat awan di langit mendung gelap, gemuruh, petir menyambar, maka kita dapat memprediksikan bahwa itu pertanda hujan akan turun. Sejenis itulah yang dipelajari oleh BMG. Semua prakiraan ini hukumnya boleh-boleh saja dalam pandangan sya’i.

Namun perlu diperhatikan dua hal penting berikut; Pertama adalah harus diyakini bahwa prediksi cuaca tersebut tergantung kepada kehendak Allah, karena betapa banyak prakiraan cuaca di berbagai negara dan kota yang meleset dari perkiraannya. Dahulu, diberitakan oleh Ibnul ‘Ammad al-Hanbali dalam Syadzarat Adz-Dzahab 2/199 tentang peristiwa tahun 289 H: “Pada tahun tersebut, manusia shalat Ashar pada hari Arafah dengan pakaian musim panas, kemudian angin bertiup kencang, cuaca menjadi sangat dingin, hingga mereka harus menghangatkan badan dengan api dan airpun menjadi salju”

Hal yang kedua adalah prediksi cuaca seperti ini bukanlah termasuk ilmu ghaib sedikitpun, karena dasarnya adalah penelitian ilmiah seperti yang telah dijelaskan diatas, hasil suatu penelitian kadang benar dan kadang salah. Oleh karena itu, maka tidak boleh bagi seorangpun untuk memastikannya, baik yang memberikan informasi maupun yang menerima informasi. Prakiraan cuaca hanyalah sekedar sebagai prakiraan dan jaga-jaga saja, yang sangat berguna untuk keperluan manusia dalam bidang transportasi, pertanian, perkebunan, nelayan dan sebagainya.

Jadi tidak ada kontradiksi antara fenomena prediksi cuaca dengan ayat Al-Quran yang berbunyi: “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dialah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (QS Luqman: 34)

Karena prediksi tersebut bukanlah termasuk ilmu ghaib, tetapi diperoleh dari hasil penelitian tentang keadaan cuaca, yang bisa benar dan bisa salah. Dan semua itu tetaplah bergantung kepada keputusan Allah. Oleh karena itu, seseorang dilarang untuk memastikan dalam prediksi dan prakiraan cuaca tersebut.

[Fatawa Lajnah Daimah 1/635, Majmu Fatawa Ibnu Utsaimin 5/271-272, Ahkam Syita’ hal 9-10 oleh Asy-Syaikh Ali bin Hasan al-Halabi].



Sumber : http://abiubaidah.com/donor-darah-dan-prediksi-cuaca.html/


Share

Comments (0)

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.