Pertanyaan :
Bagaimana hukum ghibah (membicarakan kejelekan orang) di dalam hati?
Syaikh Abdul Aziz Bin Baaz menjawab:
Bisikan hati itu tidak dianggap. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda dalam sebuah hadits shahih:
إن الله تجاوز عن أمتي ما حدثت به أنفسها ما لم تعمل أو تكلم
“Sesungguhnya Allah memaafkan ummatku yang berbisik dalam jiwanya, selama belum dilakukan atau diucapkan”
Bagaimana hukum ghibah (membicarakan kejelekan orang) di dalam hati?
Syaikh Abdul Aziz Bin Baaz menjawab:
Bisikan hati itu tidak dianggap. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda dalam sebuah hadits shahih:
إن الله تجاوز عن أمتي ما حدثت به أنفسها ما لم تعمل أو تكلم
“Sesungguhnya Allah memaafkan ummatku yang berbisik dalam jiwanya, selama belum dilakukan atau diucapkan”
Namun, jika seseorang mengatakan sesuatu dalam hatinya tentang kejelekan si Fulan, atau berkata dalam hati bahwa si Fulan itu pelit, Fulan itu buruk akhlaknya, atau di Fulanah itu wanita pelit, yang dapat membuat hatinya sakit, jika ia tidak jadi melakukannya karena Allah, ia diganjar pahala. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا هم العبد بالسيئة ثم تركها من أجل الله كتبها الله له حسنة, فإن تركها غفلة عنها أو شغلاً عنها لم تكتب عليه
“Jika seorang hamba bermaksud melakukan sebuah kejelekan, lalu ia tidak jadi melakukannya karena Allah, ganjaran pahala baginya. Jika ia melakukannya karena lalai atau tidak disadari maka tidak berdosa”
Hanya bermaksud semata tidak diganjar dosa, karena hal tersebut adalah perbuatan hati. Namun jika maksud tersebut dilakukan, Allah mengganjar dosa baginya. Jika baru bermaksud lalu tidak dilakukan, tidak berdosa. Kemudian jika ia tidak jadi melakukan kejelekan tersebut diniatkan karena takut kepada Allah, ia diganjar pahala. Inilah karunia dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, juga merupakan bentuk kemurahan serta kemuliaan-Nya.
Semoga Allah membalas anda dengan kebaikan.
[http://www.ibnbaz.org.sa/mat/9164]
Comments (0)
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.