Oleh : Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah ; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)” [Al-Ahzab : 23]
Ayat diatas mecakup sifat-sifat dan karakter-karakter ahli tsabat (mereka yang konsisten diatas kebenaran). Tidak ada yang mereka inginkan/harapkan kecuali keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala ; tidak akan menggerakkan mereka perkataan atau isyarat kecuali bersumber dari syarat-syarat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan wahyuNya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Di antara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah ; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka sedikitpun tidak merubah (janjinya)” [Al-Ahzab : 23]
Ayat diatas mecakup sifat-sifat dan karakter-karakter ahli tsabat (mereka yang konsisten diatas kebenaran). Tidak ada yang mereka inginkan/harapkan kecuali keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala ; tidak akan menggerakkan mereka perkataan atau isyarat kecuali bersumber dari syarat-syarat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan wahyuNya.
Sekalipun ayat ini mengkisahkan kepahlawanan sebagian Salafus Shalih, seperti Anas bin Nudhair Radhiyallahu ‘anhu serta para salaf lainnya, serta kesetiaan dan kebenaran mereka dalam menetapi janji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, hanya saja ibrah/pelajaran itu diambil dari keumuman lafadz, dan bukan dari sebab nuzulnya sebagaimana hal ini ditetapkan oleh para ulama.
Dari sinilah ; sesungguhnya ayat ini umum, untuk setiap orang yang ikhlas, yang benar, yang teguh diatas kebenaran bagaimanapun jua rintangan menghalanginya. Hati kecil merka berkata : “Jika Engkau tidak murka kepadaku ya Allah, aku tidak akan peduli”.
Maka seorang mu’min yang benar, tidak ada yang diinginkannya dalam kehidupan dunia ini melainkan beramal untuk mendapatkan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjauhi kemurkaanNya, melaksanakan sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi bid’ah serta hal-hal yang mendekatkan kepadanya, melaksnakan janjinya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah di atas manhaj Salafus Shalih, baik aqidah, syari’at, ilmu, amal dan akhlak.
Sifat dan karakter orang-orang yang konsisten diatas kebenaran adalah.
[1]. Orang-Orang Yang Beriman
Yaitu orang-orang yang benar dalam keimanan mereka, bukan orang yang plin-plan. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam mensifati orang-orang munafik.
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir) ; tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang kafir). Barangsiapa yang disesatkan Allah, maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya” [An-Nisa : 143]
Orang yang plin-plan itu wajah dan keadaan mereka tidak diketahui, seperti seekor kambing yang kebingungan ; terkadang berjalan ke arah sini dan terkadang pergi dari sini.
Maka seorang mu’min yang benar, tidak mengenal sikap plin-plan dan tidak merubah sikapnya hanya karena dunia telah berubah. Karena :
“Kebenaran itu jelas dan kebatilan itu samar”
Sikap konsekwen (tidak plin-plan) membutuhkan petunjuk dan bimbingan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak dapat dicapai hanya dengan angan-angan.
“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami” [Al-Ankabut : 69]
[2]. Berpendirian Teguh
Yaitu mereka yang mempunyai kemauan kuat serta keteguhan hati. Teguh dalam berbagai keadaan seperti keteguhan gunung yang kokoh. Sungguh Alah Subhanahu wa Ta’ala telah memuji sikap ini dalam kitabNya dan sunah RasulNya [1]
[3]. Mereka Benar Dalam Menepati Janji.
Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Diantara orang-orang mu’min itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah”.
Mereka telah berjanji kepada Allah untuk teguh hingga mendapatkan kemenangan dan mati syahid. Demikian pula ahli ilmu/para ulama, mereka tetap teguh di medan ilmu dan dakwah ; mereka tidak mundur dari aqidah, keimanan serta medan jihad, sekalipun banyak yang memusuhi serta sedikit yang menolong.
Termasuk sebagian dari tanda-tanda kematian yang jelek –kita berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari hal ini- adalah seseorang yang hidup dalam kebenaran selama 60 tahun kemudian terjerumus dalam kebatilan di akhir hayatnya. Kalaulah ia bersabar dan ditakdirkan baginya petunjuk tentulah ia akan sampai pada tujuannya, dan tidak akan terputus sebelum ajalnya tiba, serta tidak terputus sebelum (ia) memetik hasilnya.
[4]. Mereka Orang-Orang Yang Sabar
Diantara manusia ada yang belum meninggal dalam keadaan syahid di medan ilmu, atau di medan (jihad), tapi ia tetap teguh dengan janjinya dan nazarnya, sekalipun angin “fitnah” berhembus keras. Lalu bagaimana seorang yang teguh/kokoh dalam (manhaj) Salaf dan tidak mengganti dengan benih-benih khalaf (mereka yang tidak berpegang teguh pada manhaj Salaf) dituduh lari dari manhaj Salaf ? Ia dituduh berada diatas jalan yang salah, sedangkan ia tidak menjauh dari kebenaran [2] yang ditetapkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kitabNya, melalui lisan NabiNya, (tidak menjauh dari) jalan yang telah ditempuh oleh para Salaf, ulama dan imam-imam mereka, baik yang masih hidup saat ini ataupun yang telah tiada ; sekalipun godaan-godaan materi dan dunia (menggoda mereka) !!
Ya ; kami bersama Salaf –yang mereka itu benar dalam menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala- baik masalah aqidah, manhaj, iman, ilmu dan amal.
Kami bersama para Salaf pada zaman ini : Ibnu Baz, Al-Albani, Ibnul Utsaimin, Muqbil Al-Wadi’i [3], yang menghabiskan umur mereka dalam tauhid, iman dan manhaj. Mereka tidak merubah, tidak mengganti, tidak plin-plan. Kami bersama mereka, karena mereka adalah “ Aimmatul Huda” (para pemimpin yang memberi petunjuk). Kami tidak akan mengganti atau berganti –insya Allah-, walaupun ada seseorang yang marah terhadap kami. Dan sekali-kali kami tidak meridhai seseorang berada dalam kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala selamanya. Dan akibat yang baik adalah bagi orang bertaqwa.
[Majalah Al-Ashalah, edisi 34, hal.7]
_________
Foote Note
[1]. Hendaknya anda melihat makalah saya (syaikh Musa Nashr) “Ar-Rujuluh Fil Kitab was Sunnah” (Keteguhan Dalam Prespektif Al-Qur’an dan Sunnah). (makalah ini belum kami terjemahkan, pent)
[2]. Ini adalah kata-kata (tuduhan) yang menyakitkan dan melukai, yang dilontarkan oleh salah seorang syaikh yang termasuk generasi terdahulu di kalangan kami (yang dimaksud adalah syaikh Ibrahim Syuqrah murid syaikh Al-Albani yang menyimpang dari manhj salaf sepeninggal beliau. Diantara penyimpangannya adalah pujiannya terhadap Sayyid Quthub dan tuduhannya terhadap syaikh Al-Albani bahwa beliau seorang yang berpemahaman murji’ah. Lihat makalah syaikh Ali Hasan yang berjudul Haqqu Kalimati Al-Imam Al-Albani Fi Sayyid Quthub, -pent). Dahulu kami memuliakannya sebelum ia berubah/mengganti (manhajnya). Semoga Allah memberi petunjuk kami dan dia dan mengembalikannya kepada kebenaran.
[3]. Syaikh bin Baaz dan Syaikh Utsaimin adalah ulama Salaf yang menetap di Saudi Arabia. Adapun Syaikh Al-Albani dan Syaikh Muqbil bin Hadi adalah ulama yang tinggal di Jordania dan Yaman, keempat ulama tersebut telah meninggal dunia, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala merahmati mereka dam menempatkan mereka dalam surgaNya yang luas, amin (-pent)
[Disalin dari Majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah, Edisi 16 Th III Ramadhan 1426H/ Oktober 2005M. Konsisten Diatas Manhaj Salaf oleh Syaikh Muhammad bin Musa Alu Nashr diterjemahkan oleh Abu Hasan Arif, Diterbitkan oleh Ma’had Ali Al-Irsyad Surabaya]
Comments (0)
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.