Dari Sa'id bin Musayyab Radhiyallahu anhu, bahwa ia melihat seseorang mengerjakan lebih dari dua rakaat shalat setelah terbit fajar. Lalu beliau melarangnya. Maka orang itu berkata, "Wahai Sa'id, apakah Allah akan menyiksa saya karena shalat?", lalu Sa'id menjawab :"Tidak, tetapi Allah akan menyiksamu karena menyalahi sunnah"

[SHAHIH. HR Baihaqi dalam "As Sunan Al Kubra" II/466, Khatib Al Baghdadi dalam "Al Faqih wal mutafaqqih" I/147, Ad Darimi I/116].



JADILAH SALAFY SEJATI (Kun Salafiyyan’ alal Jaaddah)

Share/Bookmark
Posted By Abu Ayaz

Kategori : ,

Sudah di lihat :



Oleh :  Syaikh DR. Abdussalam bin Salim as-Suhaimi

“Tidak tercela orang yang menunjukkan Madzhab Salaf, menisbatkan dan menyandarkan diri kepadanya, bahkan wajib menerimanya. Karena madzhab Salaf tidak lain adalah Kebenaran.” (Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, al-Fatawa 4/149).

Allah berfirman, “Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan orang-orang Mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan kami masukkan ia ke dalam jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (An-Nisa: 15).

Maka mengikuti jalan kaum Mukminin—yaitu para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dari kalangan para imam yang mendapatkan hidayah, itulah jalan keselamatan. (Kitab Ushul Al-Iman, (hal:293).

Hanya saja, ittiba (ketaatan) itu dikatakan benar jika terpenuhi tiga perkara. Ketiga perkara itu merupakan terangkum dari nash-nash terdahulu, yaitu:

1. Berpegang teguh dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya.
2. Tidak berpecah belah dan tidak berselisih tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah.
3. Hendaknya ittiba (menaati) Al-Qur’an dan As-Sunnah diikat dengan Pemahaman Shalafus Sahalih, tidak dengan pemahaman yang lainnya.

Manhaj Salaf Dalam Aqidah:

Manhaj mereka dalam Aqidah terangkum dalam poin-poin berikut:
1. Membatasi sumber pengambilan ilmu dalm bab aqidah pada Kitabullah dan Sunnah Rasulnya, serta memahami nash-nash tersebut berdasarkan pemahaman Shalafush-Shalih.
2. Berhujjah dengan Sunnah yang Shahih pada bab Aqidah baik Sunnah tersebut mutawatir maupun ahad.
3. Tunduk terhadap wahyu dan tidak membantahnya dengan akal serta tidak larut membicarakan perkara ghaib yang tidak terjangkau oleh akal.
4. Tidak mendalami ilmu kalam dan filsafat.
5. Menolak takwil yang bathil.
6. Menggabungkan nash-nash yang ada dalam satu permasalahan.

Aqidah ini bersumber dari mata air yang bersih yaitu Kitabullah dan Sunnah Rasulullah, jauh dari hawa nafsu dan syubhat. Orang yang berpegang teguh dengannya dialah yang mengagungkan nash-nash al-Kitab dan as-Sunnah, karena dia menyadari bahwa seluruhnya adalah hak dan benar.

Penulis berkata: Diantara keistimewaan manhaj salaf adalah:
1. Penganutnya tegar di atas kebenaran dan tidak mudah goyah sebagaimana keadaan para pengikut hawa nafsu.
2. Pemeluknya sepakat di atas satu aqidah dan tidak berselisih walaupun berbeda zaman dan tempat.
3. Mereka adalah orang yang paling mengetahui keadaan nabi, perbuatan dan ucapan-ucapan beliau.

Paling mampu memisahkan antara yang shahih dan dhaif. Oleh karena itu, mereka adalah orang yang sangat mencintai sunnah, paling semangat mengikuti dan paling tinggi loyalitasnya kepada ahlinya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata; “Sesungguhnya, disebabkan Rasul adalah makhluk yang paling sempurna, paling mengetahui terhadap hakikat kebenaran, paling benar ucapan dan perintahnya, maka tentunya siapa saja yang paling tahu tentang beliau adalah orang yang paling tahu tentang kebenaran itu. Dan tentulah siapa saja yang paling sejalan dan paling sesuai dengan beliau adalah orang yang paling utama. (Majmu’ al-Fatawa (4/140-141).

4. Mereka meyakini bahwa metode Salafush Shalih adalah metode yang paling selamat (aslam), paling dalam ilmunya (a’lam) dan paling bijak (ahkam). Tidak sebagaimana anggapan ahli kalam bahwa metode salaf itu aslam, sementara metode kaum khalaf lebih a’lam dan ahkam.

5. Diantara keistimewaan mereka: Mereka sangat semangat dalam menyebarkan Aqidah yang benar dan agama yang lurus, mengajarkan manusia serta menasehati mereka, membantah para penyelisih dan ahli Bid’ah.

6. Mereka pertengahan di antara firqah-firqah yang ada.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Ahlus Sunnah dalam Islam seperti Ahlul Islam di anatra seluruh agama.”

Imam ad-Darimi dan Ibnu Bathah telah meriwayatkan dari al-Hasan rahimahullah, beliau berkata: janganlah kalian duduk-duduk bersama para pengikut Hawa Nafsu, Jangan pula mendebat dan mendengarkan ucapan mereka! “

baarokallahufiik.

Wallahu a’lam.

dirangkum dari buku: “Jadilah Salafi Sejati”, Karya: Syaikh DR. Abdussalam bin Salim as-Suhaimi.

Sumber : Catatan al akh Bambang Sudrajat
http://www.facebook.com/note.php?note_id=429364241210


Share

Comments (0)

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.