Antara Ibnu Arabi dan Ibnul Arabi
Orang yang bernama Ibnu ‘Arabi ada dua. Yang pertama Ibnu ‘Arabi [اِبْنُ عَرَبِيٍّ], tanpa menggunakan alif dan lâm. Sedangkan yang menyerupai nama ini adalah Ibnul ‘Arabi [اِبْنُ العَرَبِيِّ] dengan menggunakan alif dan lâm. Sehingga secara sekilas, keduanya bernama Ibnu Arabi atau juga Ibnul Arabi. Namun, ternyata keduanya berbeda dengan perbedaan ada tidaknya huruf alif dan lâm.
Orang yang bernama Ibnu ‘Arabi ada dua. Yang pertama Ibnu ‘Arabi [اِبْنُ عَرَبِيٍّ], tanpa menggunakan alif dan lâm. Sedangkan yang menyerupai nama ini adalah Ibnul ‘Arabi [اِبْنُ العَرَبِيِّ] dengan menggunakan alif dan lâm. Sehingga secara sekilas, keduanya bernama Ibnu Arabi atau juga Ibnul Arabi. Namun, ternyata keduanya berbeda dengan perbedaan ada tidaknya huruf alif dan lâm.
Ibnu Arabi
Yang pertama bernama Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah al-Hatimi al-Andalusi, bergelar Muhyiddin, yang tenar dengan panggilan Ibnu Arabi, seorang sufi tulen.
Beliau pernah tinggal di Mekah beberapa tahun. Dan ketika di sana, ia sempat menulis bukunya yang berjudul al-Futûhât al-Makkiyyah. Ia juga memiliki beberapa tulisan lain, seperti Fushûsh al-Hikam, yang dikritik habis oleh Ibnu Taimiyyah, juga memiliki Dîwân Syi’r (kumpulan syair) yang menunjukkan kafasihannya yang berkelas. Hanya saja, ia mengotorinya dengan ucapan terus terangnya dengan akidah wihdatul wujûd (keyakinan seorang makhluk yang dapat bersatu dengan Khalik/Sang Pencipta). Dari sisi sinilah ulama terdahulu dan terkini mengupas habis akidah Ibnu Arabi, di samping beberapa penyimpangan sesat yang lain.
Di Antara Akidah Rusak Ibnu Arabi
• Ibnu Arabi mengaku, bahwa tulisan dan buku yang ia sebarkan telah mendapatkan izin dari Nabi n, ketika ia bertemu dengan beliau n dalam mimpi.
• Meyakini bahwa Rabb adalah hamba dan hamba adalah Rabb.
• Mengatakan bahwa hewan-hewan tertentu adalah Rabb.
• Mengatakan bahwa Rabb adalah pendeta yang ada di gereja.
• Bahwa Allah al-Haq al-Munazzah (suci dari segala aib dan kekurangan) adalah hamba yang diserupakan.
• Ia berkata tentang kaum Nabi Nuh p, andai saja mereka meninggalkan peribadatan kepada Wadd, Suwâ’, Yaghûts, Ya’ûq dan Nasr, sungguh mereka akan menjadi jauh lebih bodoh tentang Allah al-Haq.
• Allah al-Haq memiliki wajah pada setiap hamba-Nya.(1)
Di antara Ulama yang Membantah Habis Kesesatan Ibnu Arabi
Begitu banyak ulama yang membantah, mengkritik, mengupas habis, dan menyesatkan Ibnu Arabi as-Sufi. Berikut ini beberapa nama ulama yang membantah akidah Ibnu Arabi: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Taqiyyuddin as-Subki, Abu Zur’ah al-Iraqi, Jamaluddin al-Mizzi, Zainuddin al-Kannani, Nuruddin al-Bakri, Syihabuddin al-Asqalani, dll. (2)
Meluruskan Kesalahan; Tidak Ada Karomah Bagi Ibnu Arabi
Ada sebuah hikayat yang menerangkan, bahwa Ibnu Arabi mati terbunuh ketika orang-orang bertanya kepadanya tentang Tuhan mereka? Ia menjawab, bahwa tuhan mereka ada di kedua telapak kakinya. Dengan serta merta orang-orang yang hadir pada waktu itu mengeroyok Ibnu Arabi dan menyekaknya dengan pukulan dan tamparan hingga mati.
Kemudian, ada cerita bualan yang menjelaskan, bahwa seusai Ibnu Arabi dikebumikan, teman-teman seperjuanganya datang ke makamnya. Lalu mereka membongkar suatu tempat yang pernah ditunjuk oleh Ibnu Arabi. Ternyata, mereka mendapatkan lempengan emas yang begitu melimpah. Dan mereka pun menganggap itu semua sebagai salah satu karomahnya.
Setelah diteliti dan dicermati, ternyata cerita di atas adalah bualan dusta yang tidak ada dasarnya sama sekali. Dan yang benar, sebagaimana yang dituturkan oleh ulama yang menulis biografi Ibnu Arabi, bahwa dirinya mati dalam keadaan wajar. Tidak ada pukulan, tidak ada tamparan, tidak ada emas, dan tidak ada karomah.
Ibnu Arabi wafat pada malam jumat, 24 Rabi’ul Akhir 638 di Damaskus. Dan dikebumikan di sebuah komplek pemakaman yang terkenal dengan nama Turbah Bani Zaki.
Ibnul Arabi al-Maliki al-Qadhi -rahimahullah-
Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Muhammad al-Isybili, masyhur dengan sebutan Abu Bakar Ibnul Arabi. Adalah seorang ulama madzhab Maliki, seorang Qâdhi/Hakim, dan pakar hadits senior. Lahir di kota Isybilia 22 Sya’ban 468 H, dan wafat pada tahun 543 H.
Begitu pandai dengan sastra Arab dan telah sampai derajat ijtihad dalam hal ilmu agama. Beliau memiliki beberapa tulisan dalam cabang hadits, fikih, ushul, tafsir, sastra, dan sejarah.
Di antara karangan beliau al-’Awâshim min al-Qawâshim, Ahkâm al-Qur`ân, an-Nâsikh wa al-Mansûkh fî al-Qur`ân, al-Mahshûl fî Ushûl al-Fiqh, Qânûn at-Ta`wîl, dll.
1. Untuk menambah pengetahuan, silahkan baca buku Aqidah Ibn Arabi wa Hayatuhu, karya Syaikh Taqyuddin al-Farisi (wafat 832H) -rahimahullah-, dan diteliti serta dikomentari oleh Syaikh Ali Hasan al-Halabi al-Atsari, juga Minhaj al-Firqah an-Najiyah, karya Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
2. Silahkan lihat perincian komentar mereka tentang Ibnu Arabi pada buku di atas
(Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi 43 hal. 4-5)
Sumber : http://majalahislami.com/2008/11/ash-shabuni-dan-ibnu-arabi-masing-masing-ada-dua/#more-116
Comments (0)
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.