MUQADDIMAH :
Meyakini turunnya Nabi Isa 'alaihis salam merupakan salah satu aqidah ahlus sunnah wa jama'ah. Adapun meragukan akan turunnya Isa, mentakwil dalil2 tentang turunnya Isa, maka hal ini merupakan propaganda kaum mu'tazilah, kaum liberal, kaum sinkretisme dan pemahaman2 menyimpang lainnya yang ahlus sunnah berlepas diri darinya. Artikel di bawah ini sekaligus merupakan bantahan dan hujjah yang nyata bagi mereka yang meragukan dan bahkan mengingkari tentang pasti turunnya Nabi Isa 'alaihis salam.
CIRI-CIRI ISA 'ALAIHISSALAM
Oleh : Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabil MA
Sebelum kita membicarakan masalah turunnya Isa Ibnu Maryam 'alaihissalam, baiklah kita mengenal sifat-sifat atau identitasnya terlebih dahulu sebagaimana yang disebutkan di dalam nash-nash syar'iyyah.
IDENTITAS ISA 'ALAIHISSALAM
Ciri-ciri beliau menurut beberapa riwayat ialah bertubuh sedang, tidak tinggi dan tidak pendek, berkulit merah dan berbulu, dadanya bidang, rambutnya lurus seperti orang baru keluar dari pemandian, dan rambutnya itu sampai di bawah ujung telinga (bagian bawah) yang disisir rapi dan memenuhi kedua pundaknya.
Hadits-hadits yang menerangkan ciri-ciri Nabi Isa 'Alaihissalam antara lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah saw bersabda:
"Pada malam ketika saya diisra 'kan soya bertemu Musa, ..." lalu beliau menyebutkan ciri-cirinya, kemudian melanjutkan sabdanya, "Dan saya juga bertemu Isa, perawakannya sedang, kulitnya merah, seperti orang yang baru keluar dari pemandian. " [Shahih Bukhari, Kitab Ahaadiitsil Anbiya', Bab Qaulillah "Wadzkuruu fil Kitaabi Maryam" 6: 476; Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi, Bab Al-Isra' bi Rasulillah wa Fardhish-Shalawat 2: 232]
Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Saya melihat Isa, Musa, dan Ibrahim (pada malam isra'). Isa berkulit merah dan berbulu, serta bidang dadanya. " [Shahih Bukhari 6: 477].
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Aku melihat diriku di Hijr dan orang-orang Quraisy bertanya kepadaku... " Lalu beliau melanjutkan, "... Tiba-tiba Isa bin Maryam 'alaihissalam sedang berdiri menunaikan shalat. Orang yang paling mirip dengannya ialah 'Urwah bin Mas 'ud Ats-Tsaqafi. " [Shahih Muslim dengan Syarah Nawawi 2:237-238]
Dan diriwayatkan di dalam Shahihain dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Pada suatu malam aku bermimpi berada di sisi Ka 'bah, lalu saya lihat seorang lelaki berkulit coklat yang sangat bagus, rambutnya sampai di bawah telinganya dan sangat indah serta disisirnya, dan rambut itu meneteskan air. Dia bersandar pada dua orang lelaki atau pada pundak dua orang lelaki, dan dia melakukan thawaf di Baitullah. Lalu saya bertanya, "Siapakah ini?" Kemudian dijawab, "Ini adalah al-Masih Ibnu Maryam. " [Shahih Bukhari 6: 477; Shahih Muslim Bab Dzikril Masih Ibni Maryam 'alaihissalam 2: 233]
Dan dalam riwayat Bukhari dari Ibnu Umar, ia berkata, "Tidak! Demi Allah, Nabi saw tidak mengatakan Isa berkulit merah, tetapi beliau mengatakan. ..." Lalu dia (Ibnu Umar) menyebutkan kelanjutan hadits seperti yang tersebut di atas.
Sedang menurut riwayat Muslim dari Umar Radhiyallahu 'anhu bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tiba-tiba ada seorang lelaki berkulit coklat (sawo matang). ..." hingga sabda beliau: "... menyisir rambutnya...." [Shahih Muslim 2: 236].
Riwayat-riwayat tersebut kelihatannya bertentangan satu sama lain. Dalam satu riwayat dikatakan bahwa Isa berkulit merah dan dalam riwayat lain dikatakan berkulit coklat (sawo matang); dan dalam satu riwayat dikatakan rambutnya lurus sedang dalam riwayat lain dikatakan rambutnya keriting. Karena itu riwayat-riwayat tersebut perlu didudukkan perkaranya sebagai berikut:
Bahwa antara riwayat yang mengatakan berkulit merah dan berkulit coklat atau sawo matang tidaklah bertentangan, karena warna coklatnya begitu cemerlang hingga boleh dibilang merah. (Al-Isya'ah: 143). Adapun pengingkaran Ibnu Umar terhadap riwayat yang mengatakan bahwa Isa berkulit merah, maka hal itu bertentangan dengan riwayat dari sahabat-sahabat lain, seperti Abu Hurairah dan Ibnu Abbas yang meriwayatkan bahwa Isa berkulit merah. Sedangkan pertentangan pada riwayat lain dikatakan rambutnya keriting (ja'd), maka hal ini dapat didudukkan bahwa yang lurus itu rambutnya dan yang ja'd (ju'ud) adalah tubuhnya dengan arti dagingnya padat. [Periksa: Fathul-Bari 6: 486]
DALIL-DALIL TENTANG TURUNNYA ISA 'ALAIHISSALAM
[1]. Allah berfirman:
"Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya. Dan mereka berkata, "Manakah yang lebih baik, tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?" Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.
Dan kalau Kami kehendaki, benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi, malaikat-malaikat yang turun-temurun.
Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat. Karena itu janganlah kamu ragu-ragu tentang kiamat itu; dan ikutilah Aku. Inilah jalan yang lurus." [Az- Zukhruf: 57-61]
Ayat-ayat di atas membicarakan Isa 'Alaihissalam, dan pada ayat terakhir (Az- Zukhruf: 61) disebutkan wainnahuu 'a 'ilmun lissaa 'ah (Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar memberikan pengetahuan tentang hari kiamat), yakni turunnya Isa 'alaihissalam ke bumi sebelum datangnya hari kiamat merupakan pertanda telah dekatnya hari kiamat. Dan hal ini juga ditunjuki oleh qiroah (bacaan) lain terhadap ayat itu, yakni wa innahuu la 'ilmun lis-saa 'ah ( ) dengan memberi harakat fathah pada huruf 'ain dan lam, yang berarti 'alaamah (alamat) dan amaaroh (tanda) telah dekatnya hari kiamat. Bacaan ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan lain-lain Imam tafsir. [Tafsir Al-Qurthubi 16: 105, dan Tafsir Ath-Thabari 25:90-91].
Imam Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu Abbas ra mengenai penafsiran ayat ini:
Bahwa yang dimaksud ialah keluarnya Isa 'alaihissalam sebelum terjadinya hari kiamat. [Musnad Ahmad 4: 329 hadits nomor 21921 dengan tahqiq Ahmad Syakir yang mengatakan, "Isnadnya shahih."].
Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, "Yang benar bahwa dhamir atau kata ganti pada lafal (innahu/sesungguhnya dia) itu kembali kepada Isa, sebab konteks pembicaraan ayat ini mengenai Isa." [Tafsir Ibnu Katsir 7: 222].
Dan beliau (Ibnu Katsir) menganggap jauh (penafsiran yang terlalu jauh) kalau ayat ini diartikan dengan: Apa-apa (mukjizat) yang menyertai Isa seperti menghidupkan orang yang telah mati, menyembuhkan orang yang berpenyakit tuna netra dan belang, dan penyakit-penyakit lainnya. Dan lebih jauh lagi apa yang diriwayatkan dari sebagian ulama bahwa dhamir pada lafal " " (innahu) itu kembali kepada Al-Qur'anul Karim. [Tafsir Ibnu Katsir 7: 223].
[2]. Firman Allah:
"Dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah, " padahal mereka tiada membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali hanya mengikuti persangkaan belaka; dan mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. "
"Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. "
"Tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan pada hari kiamat nanti Isa akan menjadi saksi terhadap mereka. " [An-Nisa': 157-159].
Ayat-ayat di atas di samping menunjukkan bahwa orang-orang Yahudi tidak membunuh dan tidak menyalib Isa, tetapi Allah yang mengangkatnya ke langit sebagaimana disebutkan dalam surat Ali Imran ayat 55:
"Ingatlah ketika Allah berfirman: 'Hai Isa, Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku. ..'"
Maka ayat-ayat tersebut juga menunjukkan bahwa di antara ahli kitab kelak akan ada orang yang beriman kepada Isa 'alaihissalampada akhir zaman, ketika ia turun (secara hakiki)[1] ke bumi dan sebelum wafatnya sebagaimana diberitakan oleh hadits-hadits yang shahih dan mutawatir.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, ketika ditanya tentang masalah wafat dan diangkatnya Nabi Isa 'alaihissalam, beliau berkata, "Segala puji kepunyaan Allah. Isa 'alaihissalam masih hidup. Dan disebutkan di dalam hadits shahih bahwa Nabi saw bersabda:
"Ibnu Maryam akan turun di tengah-tengah kalian sebagai hakim dan pemimpin yang adil, lalu menghancurkan salib, membunuh babi, membebaskan pajak. " [Vide: Perkataan Syekh Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar 3:317].
Selanjutnya Syaikhul Islam mengatakan, "Dan disebutkan pula dalam hadits shahih bahwa Isa akan turun di menara putih sebelah timur Damsyiq dan akan membunuh Dajjal. Maka barangsiapa yang ruhnya telah berpisah dari tubuhnya, tidaklah tubuhnya akan turun dari langit; dan jika ia dihidupkan kembali, maka ia akan bangkit dari kuburnya.
Adapun mengenai firman Allah:
"Sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir. "
Maka ayat ini menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan sinyalemen di atas bukanlah kematian (al-maut), sebab jika yang dimaksud adalah kematian, maka Isa sama dengan orang-orang Mukmin lainnya, yaitu mengambil ruh mereka lalu membawanya ke langit. Kalau demikian, maka tidak ada keistimewaan Isa dibandingkan dengan orang lain. Begitu pula dengan firman-Nya:
"Dan membersihkan kamu dari orang-orang kafir. "
Kalau yang dimaksud adalah ruhnya berpisah dari tubuhnya, maka tubuhnya itu masih berada di bumi sebagaimana halnya tubuh para Nabi atau lainnya. Dalam ayat lain Allah berfirman:
"Mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu kecuali hanya mengikuti persangkaan belaka; dan mereka tidak pula yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada- Nya.... " [An-Nisa': 157-158].
Firman Allah:,
"Tetapi (yang sebenarnya) Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. "
Memberikan penjelasan bahwa Allah mengangkat tubuh dan ruhnya sebagaimana halnya ia (Isa) akan turun dengan tubuh dan ruhnya seperti disebutkan dalam hadits yang shahih. Karena kalau yang dimaksud adalah " mematikannya" niscaya Dia berfirman: "Mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya, tetapi dia meninggal dunia. . . " (Wa maa qotaluuhu wa maa shilabuuhu bal maata. . .). Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan lafal mutawaffiika ialah qoobidhuka, yakni memegang ruh dan tubuhmu. Dan lafal at-tawaffii tidak menghendaki atau tidak menetapkan tawaffii ruh tanpa tubuh dan tidak pula tawaffi terhadap keduanya kecuali dengan adanya qarinah (indikasi / alasan) tersendiri.
Dan kadang-kadang yang dimaksud ialah memegang ruh ketika tidur, seperti firman Allah:
"Allah memegang jiwa orang ketika matinya dan memegang jiwa orang yang belum mati pada waktu tidurnya. " [Az-Zumar: 42]
"Dan Dia-lah yang mentawaffikan (menidurkan) kamu pada malam hari dan Dia mengetahui apayang kamu kerjakanpada siang hari. " [Al-An'am: 60].
Dan di antara firman-Nya lagi yang berkaitan dengan lafal tawaffi atau wafat ialah yang tertera dalam surat Al-An'am: 61:
"... sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami. " [Majmu' Al-Fatawa 4: 322-323].
Pembicaraan dalam pembahasan ini bukanlah tentang pengangkatan Isa 'alaihissalam, tetapi untuk menjelaskan bahwa dia diangkat dengan tubuh dan ruhnya. Sekarang Nabi Isa as masih hidup di langit kelak akan turun pada akhir zaman serta di Imani oleh orang-orang ahli kitab yang hidup pada waktu itu, sebagaimana firman-Nya:
"Tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya.". [An-Nisa': 159].
Ibnu Jarir berkata: "Telah diceritakan kepada kami oleh Basyar, dia berkata: Telah diceritakan kepada kami oleh Suryan dari Abu Hushain dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas mengenai ayat:
"Tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepada Isa sebelum kematiannya,"
dia berkata, "Sebelum kematian Isa bin Maryam." [Tafsir Ath-Thabari 6: 18].
Ibnu Katsir berkata, Ini adalah isnad yang shahih." [An-Nihayah Fil Fitan wal Malahim 10: 136. Atsar Ibnu Abbas ini juga dishahkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul-Bari 6: 492].
Selanjutnya, setelah mengemukakan berbagai pendapat mengenai makna ayat ini, Ibnu Jarir berkata, "Dan pendapat yang paling shahih ialah pendapat orang yang mengatakan bahwa takwil ayat itu ialah tidak ada seorang pun dari ahli kitab kecuali akan beriman kepada Isa sebelum Isa meninggal dunia." [Tafsir Ath-Thabari 6: 21].
Dan beliau (Ibnu Jarir Ath-Thabari) meriwayatkan dengan sanadnya dari Al-Hasan Al-Bishri bahwa beliau berkata, ".... Sebelum kematian Isa. Demi Allah, sesungguhnya beliau sekarang masih hidup di sisi Allah. Tetapi apabila beliau nanti telah turun, maka semua orang beriman kepada beliau." [Ibid, halaman 18].
Ibnu Katsir berkata, "Dan tidak diragukan lagi bahwa apa yang dikemukakan oleh Ibnu Jarir inilah pendapat yang benar, karena ini merupakan maksud dari konteks ayat-ayat yang menetapkan batalnya pengakuan orang-orang Yahudi bahwa mereka telah membunuh Isa, menyalibnya, dan menyerahkannya kepada orang-orang Nasrani yang bodoh dan tidak mengerti masalah itu. Lalu Allah memberitahukan bahwa perkaranya tidak demikian, tetapi ada seseorang yang diserupakan oleh Allah dengan Isa, lantas mereka bunuh orang yang diserupakan itu sedang mereka tidak mengetahui dengan jelas tentang hal itu. Kemudian Allah mengangkat Isa kepada-Nya, dan dia (Isa) masih hidup dan kelak akan turun ke bumi sebelum datangnya hari kiamat sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits mutawatir." [Tafsir Ibnu Katsir 2: 405].
Ibnu Katsir juga menyebutkan riwayat dari Ibnu Abbas dan lainnya bahwa Ibnu Abbas mengulangi dhamir pada lafal qobla mautihi untuk ahli kitab. Hal ini, kalau shahih riwayatnya, tidaklah menafikan pendapat pertama. Tetapi yang sudah jelas shahih makna dan isnadnya ialah yang telah kami sebutkan terdahulu. [An-Nihayah Fil Fitan wal-Malahim 1: 137].
_________
Foote Note
[1]. Turunnya ini adalah secara hakiki (sebenarnya). Turunnya kembali ke bumi dan penegakkan terhadap hukum di muka bumi pada akhir zaman bukanlah kiasan tentang menyebarkan semangatnya atau ruhnya dan rahasia risalahnya kepada manusia yang berisi perintah untuk berkasih sayang, mencintai, dan berdamai dengan orang lain serta mengambil maksud-maksud syari'ah tanpa menghiraukan zhahirnya. Karena semua itu bertentangan dengan hadits-hadits mutawatir yang menerangkan akan turunnya kembali ke bumi dengan ruh dan jasadnya sebagaimana beliau telah diangkat dengan ruh dan jasadnya ke langit.
HADITS-HADITS TENTANG TURUNNYA ISA 'ALAIHIS SALLAM MUTAWATIR
Telah saya sebutkan di muka beberapa buah hadits tentang akan turunnya kembali Isa 'alaihissalam, dan tidak saya sebutkan kesemuanya karena kuatir akan menimbulkan kesan pembahasannya terlalu panjang. Hadits-hadits ini tersebut di dalam kitab-kitab Shahih, Sunan, Musnad, dan lain-lain kitab hadits, yang semuanya itu menunjukkan dengan jelas akan turunnya kembali Isa pada akhir zaman. Dan tidak ada alasan bagi orang yang menolaknya atau yang mengatakan bahwa hadits-haditsnya itu adalah hadits-hadits Ahad yang tidak dapat dijadikan hujjah; atau masalah turunnya Isa itu tidak termasuk bagian aqidah yang wajib diimani oleh kaum muslimin [1] karena apabila suatu hadits itu telah shah maka wajiblah diimani dan dibenarkan apa yang disabdakan oleh Nabi Ash-Shaadiq Al-Mashduq (yang benar lagi dibenarkan) saw dan kita tidak boleh menolak sabdanya hanya karena haditsnya haditsnya ahad.
Penolakan dengan alasan seperti itu merupakan argumentasi yang sangat lemah, dan telah saya bicarakan dalam pasal tertentu dari pembahasan ini bahwa hadits ahad itu bila shahih riwayatnya maka wajib dibenarkan dan diterima isinya. Kalau kita mengatakan bahwa hadits ahad itu tidak dapat dijadikan hujjah, maka kita harus menolak hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam jumlah yang sangat banyak, dan apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjadi sia-sia dan tidak punya makna. Nah bagaimana lagi dengan masalah akan turunnya Isa 'alaihissalam ini, padahal para ulama telah menyatakan kemutawatiran hadits-hadits akan turunnya Isa itu. Berikut ini saya bawakan pernyataan beberapa ulama tersebut:
Ibnu Jabir Ath-Thabari, setelah menyebutkan perbedaan pendapat tentang wafat Isa, mengatakan, "Pendapat yang paling shahih menurut pandangan kami ialah pendapat orang yang mengatakan: 'Maknanya ialah: Sesungguhnya Aku (Allah) mengambilmu (Isa) dari bumi mengangkatmu kepada-Ku, mengingat mutawatirnya berita- berita dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda:
"Isa bin Maryam akan turun, lalu membunuh Dajjal."
Kemudian beliau mengemukakan beberapa buah hadits yang berkenaan dengan akan turunnya Isa itu. [Tafsir Ath-Thabari 3: 291]
Ibnu Katsir berkata, "Telah mutawatir hadits-hadits dari Rasulullah saw yang memberitahukan akan turunnya Isa 'alaihissalam sebelum hari kiamat sebagai pemimpin dan hakim yang adil." [Tafsir Ibnu Katsir 7: 223]. Kemudian beliau membawakan lebih dari delapan belas buah hadits tentang akan turunnya Isa itu.
Syekh Shiddiq Hasan berkata, "Hadits-hadits tentang akan turunnya Isa itu banyak sekali. Di antaranya, Imam Syaukani mengemukakan dua puluh sembilan hadits antara shahih, hasan, dan dha'if, yang di antaranya ada yang berhubungan dengan hadits-hadits Dajjal... ada yang berhubungan dengan hadits-hadits Al- Mahdi Al-Mun-tazhar. Di samping itu juga terdapat atsar-atsar dari para sahabat yang memiliki hukum marfu', karena dalam kasus seperti ini tidak ada perkenan untuk berijtihad (maka atsar-atsar sahabat itu sudah barang tentu bersumber dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam-Pent). Kemudian beliau berkata, 'Semua riwayat yang telah kami kemukakan ini mencapai derajat mutawatir, sebagaimana tidak samar bagi orang yang memiliki pengetahuan yang luas.'" [Al-Idzaa'ah: 160]
Al-Ghimari (yaitu Abul Fadhl Abdullah Muhammad Ash-Shiddiq Al-Ghimari) berkata, "Sungguh telah mantap pendapat tentang akan turunnya Isa 'alaihissalam dari para sahabat, tabi'in dan pengikut-pengikut mereka, dari para imam dan para ulama semua madzhab sejak dulu hingga masa kita sekarang ini." ['Aqidah Ahlil-Islam Fii Nuzuuli Isa 'alaihissalam: 12].
Dan pada tempat lain beliau mengatakan, "Jalan periwayatannya ini sudah mutawatir betul-betul sehingga tidak mungkin memungkirinya kecuali orang-orang bodoh, seperti kelompok Qadiyaniyah dan orang-orang yang pandangan hidupnya seperti mereka, sebab hadits-hadits ini diriwayatkan oleh sejumlah orang dari orang hingga tertuang di dalam kitab-kitab sunnah yang sampai kepada kita secara mutawatir, dari generasi ke generasi." [Ibid, halaman 5]
Hadits-hadits ini diriwayatkan dari dua puluh lima orang sahabat lebih, yang diriwayatkan oleh lebih dari tiga puluh orang tabi'in, kemudian diriwayatkan oleh tabi'ut-tabi'un sejumlah lebih dari itu. Begitulah hingga diriwayatkan oleh para imam di dalam kitab-kitab sunnah, di antaranya dalam kitab-kitab musnad seperti Musnad Ath-Thayalisi, Ishaq bin Rahawaih, Ahmad bin Hanbal, Utsman bin Abi Syaibah, Abu Ya'la, Al-Bazzar, dan Ad-Dailami. Diriwayatkan juga oleh penyusun kitab-kitab Shahih seperti Al-Bukhari, Muslim, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, Al-Hakim, Abu 'Awanah, Al-Ismaili, Adh-Dhiya' Al-Muqaddasi, dan lain-lain. Juga diriwayatkan oleh para pengarang kitab Al-Jami', Al-Mushannaf, Sunan, Tafsir bin Ma'tsur, Mu'jam, Al-Ajza', Al-Gharaib, Al-Mu'jizat, Ath-Thabaqat, dan Al-Malahim.
Dan di antara orang yang menghimpun hadits-hadits tentang akan turunnya Isa 'alaihissalam ialah Syekh Muhammad Anwar Syah Al-Kasymiri [2] dalam buku beliau At-Tashrih Bimaa Tawaatara Fii Nuzulil Masiih. Dalam kitab ini beliau mengemukakan lebih dari tujuh puluh hadits.
Pengarang kitab 'Annul Ma 'bud Syarah Sunan Abi Dawud berkata, "Telah mutawatir khabar dari Nabi saw tentang akan turunnya Nabi Isa 'alaihissalam dari langit dengan jasadnya ke bumi ketika telah mendekati kiamat. Dan ini adalah madzhab Ahlis Sunnah." ['Annul Ma'bad 11: 457 oleh Abuth-Thayyib Muhammad Syamsul Haqqil 'Azhim Abadi]
Syekh Ahmad Syakir berkata, "Masalah akan turunnya Isa 'alaihissalam pada akhir zaman merupakan perkara yang tidak diperselisihkan di kalangan kaum muslimin mengingat banyaknya khabar-khabar yang shahih dari Nabi saw mengenai hal ini.... Dan ini merupakan suatu hal yang diketahui secara pasti dari ad-din (agama), yang tidak dianggap beriman orang yang mengingkarinya." [Hasyiyah Tafsir Ath-Thabari 6: 460 dengan takhrij Syekh Ahmad Muhammad Syakir dan tahqiq Mahmud Syakir, terbitan Darul Ma'arif, Mesir]
Dan dalam ta'liqnya terhadap Musnad Ahmad, Syekh Ahmad Syakir berkata, "Kaum modernis dan kaum puritan pada masa kita sekarang ini telah mempermainkan hadits-hadits yang secara jelas menunjukkan akan turunnya Isa bin Maryam 'alaihissalam pada akhir zaman sebelum berakhirnya kehidupan dunia, dengan mentakwilkannya untuk mengingkarinya, dan pada saat yang lain dengan terang-terangan mengingkarinya. Hal ini sebenarnya disebabkan mereka tidak beriman kepada yang ghaib, atau hampir tidak beriman kepada yang ghaib, padahal hadits-haditsnya itu mutawatir maknanya secara keseluruhan, yang diketahui kandungannya dari ad-din secara pasti. Maka tidak ada gunanya pengingkaran dan takwil mereka." [Hasyiyah Musnad Imam Ahmad 12: 257]
Syekh Muhammad Nashiruddin Al-Albani berkata, "Ketahuilah bahwa hadits-hadits Dajjal dan turunnya Isa 'alaihissalam adalah mutawatir yang wajib diimani. Dan janganlah Anda terperdaya oleh orang yang menganggap bahwa haditsnya adalah hadits ahad, karena mereka tidak mengerti ilmu ini, dan di antara mereka tidak ada orang yang mengkaji jalan-jalan periwayatannya. Seandainya di antara mereka ada yang melakukan pengkajian ini niscaya dia akan menemukannya sebagai hadits mutawatir, sebagaimana kesaksian para pakar ilmu ini, seperti Al-Hafizh Ibnu Hajar dan lain-lainnya. Sungguh sangat disesalkan sikap sebagian orang yang begitu berani membicarakan masalah yang bukan bidang keahliannya, apalagi ini merupakan masalah din dan aqidah." [Hasyiyah Syarah Aqidah Thahawiyah, halamam 565 dengan takhrij Syekh Muhammad Nashiruddin Al- Albani, seorang ahli hadits dari Syam].
Masalah turunnya Isa 'alaihissalam ini oleh sebagian ulama dicantumkan sebagai aqidah Ahli Sunnah wal Jama'ah, dan dia akan turun untuk membunuh Dajjal keparat, semoga Allah membinasakannya.
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata, "Prinsip-prinsip Ahlis Sunnah menurut kami ialah berpegang teguh dengan apa yang dipegangi oleh para sahabat Rasulullah saw, mengikuti dan meneladani mereka, dan meninggalkan bid'ah-bid'ah karena setiap bid'ah itu adalah sesat." Kemudian beliau menyebutkan sejumlah aqidah Ahlis Sunnah, lalu berkata,".... Dan mengimani bahwa Al-Masihad-Dajjal akan muncul ke dunia dan di antara kedua matanya terdapat tulisan 'kafir', mempercayai hadits-hadits yang membicarakannya, serta mengimani bahwa yang demikian itu akan terjadi dan bahwa Isa akan turun untuk membunuhnya di pintu Lodd."[ThdbaqatAl-Hanabila h 1: 241-243 oleh Al-Qadhi Al-Hasan Muhammad bin Abi Ya'la, terbitan Darul Ma'rifah wan-Nasyr, Beirut]
Abul Hasan Al-Asy'ari [3] rahimahullah berkata dalam membicarakan aqidah ahli hadits dan sunnah, ".... Percaya kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, mempercayai apa yang datang dari sisi Allah dan berita-berita yang diriwayatkan oleh orang-orang terpercaya dari Rasulullah saw. Mereka (ahli hadits dan sunnah) tidak menolak sedikit pun dari semua itu. . . . Mereka juga membenarkan akan munculnya Dajjal dan bahwa Isa akan membunuhnya."
Kemudian pada bagian akhir perkataannya, beliau berkata, "Dan kami berpendapat seperti pendapat mereka yang telah kami sebutkan di muka. " [Maqolaatul Is-lamiyyin Wa Ikhtilaful Mushallim 1 : 345-348 dengan tahqiq Syekh Muhammad Muhyiddin Abdul Hamid, cetakan kedua, tahun 1389 H, terbitan Maktabah An-Nahdhah Al-Mishriyyah, Kairo]
Al-Qadhi 'lyadh berkata, "Masalah akan turunnya Isa dan tugasnya membunuh Dajjal adalah haq dan shahih menurut ahli sunnah berdasarkan hadits-hadits yang shahih mengenai masalah ini. Dan tidak ada dalil aqli maupun dalil syar'i yang membatalkannya, karena itu wajib ditetapkan demikian. " [Syarah Shahih Muslim 18: 75]
Syekh Ath-Thahawi berkata, "Kami mempercayai tanda-tanda hari kiamat, seperti keluarnya Dajjal dan turunnya Isa bin Maryam 'alaihissalam dari langit. " [Syarah Aqidah Thahawiyyah: 564 dengan tahqiq Al-Albani).
Syaikhul Islam IbnuTaimiyah berkata, "Al-Masih 'alaihissalam wa 'alasaarin nabiyyin, pasti akan turun ke bumi sebagaimana telah disebutkan dalam hadits-hadits shahih. Karena itu beliau berada di langit kedua, karena beliau lebih utama daripada Yusuf, Idris, dan Harun, karena beliau akan turun ke bumi sebelum datangnya hari kiamat, berbeda dengan nabi yang lain. Sedang Adam berada di langit dunia karena ruh anak-anaknya ditunjukkan kepadanya." (Majmu ' Al-Fatawa oleh Ibnu Taimiyah 4: 329]
_________
Foote Note
[1]. Periksalah kitab AI-Fatawa: 59-82 karya Syekh Mahmud Syaltut, terbitan Darusy Syuruq, cetakan ke 8, tahun 1395 H. Beliau mengingkari pendapat bahwa Isa diangkat dengan badannya, juga mengingkari akan turunnya ke bumi pada akhir zaman, serta menolak hadits-hadits yang berkenaan dengan masalah tersebut seraya mengatakan bahwa hadits-haditsnya adalah hadits ahad dan tidak dapat dijadikan hujjah. Masalah diangkatnya Nabi Isa ke langit, serta masalah apakah pengangkatannya itu dengan tubuhnya atau ruhnya saja adalah merupakan masalah yang diperselisihkan di kalangan ulama, tetapi yang benar bahwa beliau diangkat dengan ruh dan tubuhnya sebagaimana pendapat Jumhur Mufassirin seperti Ath-Thabari, Al-Qurthubi, Ibnu Taimiyah, dan lain-lain. [Vide: Tafsir Ath-Thabari 3: 291; Al-Qurthubi 4: 100; Majmu' Al-Fatawa Ibnu Taimiyah 4: 322-323; dan Tafsir Ibnu Katsir 2: 405]
[2]. Beliau adalah seorang Syekh ahli hadits, Muhammad Anwar Syah al-Kasymiri al-Hindi. Beliau memiliki banyak karangan, antara lain Faidhul Baari 'Alaa Shahiihil Bukhari sebanyak 4 jilid, dan "Al-Urfusy Syadziy 'Alaa Jaami'it Tirmidzi" dan lain-lainnya. Beliau wafat pada tahun 1352 H. Semoga Allah merahmati beliau. Lihat biografi beliau dalam Muqadimah kitab At-Tashrih oleh Syekh Abdul Fattah Abu Ghadah.
[3]. Beliau adalah Imam Al-'Allamah Abul Hasan Ali bin Ismail, dari keturunan Abu Musa Al-Asy'ari, seorang sahabat besar. Beliau diasuh di pangkuan suami ibunya, yaitu Abu Ali Al-Jubba'i, seorang syekh Mu'tazilah pada masanya. Beliau berguru kepadanya dan memeluk madzhabnya selama hanipir 40 tahun, kemudian Allah memberinya hidayah untuk berpindah kepada madzhab Ahlis Sunnah wal Jama'ah. Kemudian beliau menyatakan bahwa beliau mengikuti madzhab Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau mempunyai karangan hingga mencapai lima puluh buah judul buku. DR. Fauqiyah H use in Mahmud menyebutkan bahwa beliau memiliki karya sebanyak 100 buah, dan yang termasyhur antara lain adalah Maqaalaatul Islaamiyyiin, Al-Luma', Al-Wajiz, dan lain-lainnya. Dan kitab beliau yang terakhir ialah "Al-Ibbanah 'An Ushuulid Diyaanah. " Beliau wafat pada tahun 324 H.
DENGAN APA ISA 'ALAIHISSALAM MENETAPKAN HUKUM?
Isa 'Alaihissalam akan menetapkan hukum dengan stari'at Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan dia termasuk pengikut beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam, sebab Isa turun kembali ke bumi tidak dengan membawa syari'at baru karena Dinul Islam merupakan agama penutup dan berlaku hingga datangnya hari kiamat dengan tiada dimansukh. Maka Isa'Alaihissalam adalah salah seorang hakim (ahli hukum) di antara ahli-ahli hukum umat Islam ini dan sebagai mujaddid terhadap urusan Islam, karena tidak ada nabi lagi sesudah Nabi Muhammad Shalalllahu 'alaihi wa sallam.
Imam Muslim meriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah Shalalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Bagaimanakah kamu jika Putra Maryam telah turun di tengah-tengah kamu sedang imammu dari kalanganmu sendiri?"
Lalu saya (Al-Walid) bin Muslim, sang perawi hadits) kepada Ibnu Abi Dzi'b: Sesungguhnya Al-Auza'i telah menceritakan kepada kami dari Az-Zuhri, dari Nafi', dari Abu Hurairah tentang lafal "wa imaamukum minkum" (dan imammu dari kalanganmu sendiri. Ibnu Abi Dza'b bertanya, "Tahukah engkau, apa yang mengimami (memimpin)mu dari kalanganmu sendiri ini?" Saya menjawab, "Sebaiknya Anda beritahukan kepada saya." la menjawab, "Yaitu ia memimpin kalian dengan kitab Rabb kalian dan Sunnah Nabi kalian." [Shahih Muslim, Kitabul Imam, Bab Nuzuuli Isa bin Mary am Haakiman 2: 193]
Dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah Shalalllahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Akan senantiasa ada segolongan dari umatku yang berjuang membela kebenaran dengan mendapatkan pertolongan Allah hingga datangnya hari kiamat. Kemudian akan turun Isa Putra Maryam alaihissalam, lalu pemimpin mereka berkata (kepada Isa), Kemarilah, silahkan Anda mengimami kami shalat! Lalu Isa menjawab, 'Tidak, sesungguhnya sebagian Anda adalah pemimpin bagi sebagian yang lain, sebagai penghormatan dari Allah kepada umat ini. " [Shahih Muslim 2: 193-194]
Al-Qurthubi berkata, "Suatu kaum berpendapat bahwa dengan turunnya Isa Alaihissalam tidak ada taklif lagi, supaya ia tidak menjadi Rasul bagi manusia pada zaman itu yang menyampaikan perintah dan larangan (wahyu) dari Allah. Dan hal ini (adanya Rasul setelah Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam) merupakan hal yang tertolak, berdasarkan firman Allah Ta'ala:
"Dan penutup para Nabi. " [Al-Ahzab : 40]
Dan sabda Nabi Shalalllahu 'alaihi wa sallam:
"Tidak ada nabi sesudahku." [Shahih Muslim, Kitabul Fadhail, Bab Fii Asmaaihi saw 75: 104]
Dan sabda beliau lagi:
"Dan aku adalah pamungkas (para nabi). " [Sahih Bukhari, Kitab Tafsir, Bab "Ya'tii min ba'dii ismuhuu Ahmad" Surat Ash-Shaf ayat 6, juz 8: 640-641]
Kalau demikian maka tidak boleh disalah fahami bahwa Isa akan turun sebagai Nabi dengan membawa syari'at baru selain syari'at Nabi Muhammad Shalalllahu 'alaihi wa sallam. Tetapi yang benar, kalau ia turun nanti maka ia menjadi pengikut Nabi Muhammad Shalalllahu 'alaihi wa sallam, sebagaimana diberitahukan oleh beliau Shalalllahu 'alaihi wa sallam kepada Umar, sabdanya:
"Kalau seandainya Musa itu masih hidup, niscaya tidak ada kemungkinan lain baginya selain mengikuti aku. " [Musnad Imam Ahmad 3: 387 dengan Catalan pinggir Muntakhabul Kanzi. Ibnu Hajar berkata, "Perawi-perawinya kepercayaan, hanya saja pada diri Mujalid (salah seorang perawinya) terdapat kelemahan. " Periksa Fathul-Bari 13: 334. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abdur Razzaq dalam Al-Mushannaf 10: 313-314 dengan tahqiq Habibur Rahman Al-A'zhami. Dan Mujalid itu adalah Mujalidbin Sa'id bin'Umair Al-Hamdani Al-Kufi, Imam Muslim meriwayat-kan darinya bila disertai yang lain. Dan mengenai Mujalid ini Ibnu Hajar mengatakan, "Dia itu orang yang benar, jujur. " Periksa: Tahdzibut-Tahdzib 10: 39-41]
Sebelum turun kembali ke bumi, di langit Isa sudah mengerti ilmu syari'ah ini untuk dipergunakan menghukum di antara manusia dan untuk diterapkan bagi dirinya sendiri. Maka berkumpullah kaum mukminin padanya pada waktu itu dan memohon kepadanya agar menerapkan hukum syari'at itu pada diri mereka. . . . Hal ini disebabkan mengabaikan hukum itu tidak diperbolehkan, dan lagi keberadaan dunia itu adalah dengan diberlakukannya taklif sampai tidak ada lagi di bumi ini orang yang menyebut lafal Allah. [At-Tadzkiroh: 677-678]
Dan yang menunjukkan masih adanya taklif (tugas syar'i) sesudah turunnya Isa 'alaihissalam ialah pelaksanaan shalatnya bersama kaum muslimin pada waktu itu, berhajinya, dan berjihadnya melawan orang-orang kafir. Masalah shalatnya Isa telah disebutkan dalam hadits terdahulu, demikian pula peperangannya terhadap orang-orang kafir dan para pengikut Dajjal.
Adapun tentang ibadah hajinya, maka diriwayatkan di dalam Shahih Muslim dari Hanzhalah Al-Aslami, ia berkata: Saya mendengar Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu menceritakan dari Nabi Shalalllahu 'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda:
"Demi Allah yang diriku di tangann-Nya, sunngguh purta-putra Maryam akan bertahlil di Fajjur Rauha ' (suatu tempat di antara Makkah dan Madinah yang dilalui Nabi saw dalam perang Badar) dalam melakukan haji atau umrah, atau melakukan syarah Nawawi (haji qiron). " [Shahih Muslim dengan syarah Nawawi, Kitabul Hajji, Bab Jawazit Tamattu' Fil Hajji wal Qiron 8: 234]
Adapun kiatnya menghapus atau membebaskan jizyah (pajak kepala/pajak para orang) dari orang-orang kafir sedangkan hal ini telah disyari'atkan dalam Islam sebelum turunnya Isa 'Alaihissalam, maka ini tidak berarti menasakh hukum jizyah yang nota bene Isa membawa syari'at baru, karena disyari'atkannya pembebasan pajak ini terikat dengan turunnya kembali Isa 'Alaihissalam dengan pemberitahukan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka beliau telah.menjelaskan akan dihapusnya jizyah (pajak) ini dengan sabda beliau kepada kita:
"Demi Allah, sesungguhnya putra Maryam akan turun sebagai hakim yang adil, lalu dia akan menghancurkan salib, membunuh babi, dan membebaskan jizyah. " [Shahih Muslim, Bab Nuzuuli Isa Haakiman 2: 292]
__________________________ __________________________ _____________
[Disalin dari kitab Asyratus Sa'ah edisi Indonesia Tanda-Tanda Hari Kiamat, Penulis Yusuf bin Abdullah bin Yusuf Al-Wabl MA, Penerjemah Drs As'ad Yasin, Penerbit CV Pustaka Mantiq]
Sumber :
http://www.almanhaj.or.id/content/1270/slash/0
http://www.almanhaj.or.id/content/1444/slash/0
http://www.almanhaj.or.id/content/1058/slash/0
http://www.almanhaj.or.id/content/2106/slash/0
http://www.almanhaj.or.id/content/1444/slash/0
http://www.almanhaj.or.id/content/1058/slash/0
http://www.almanhaj.or.id/content/2106/slash/0
Comments (0)
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.